REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Militer Israel mengatakan mereka menambah pasukan di daerah pendudukan Tepi Barat. Hal ini diumumkan satu hari setelah seorang warga Palestina menembak tujuh orang hingga tewas dekat sinagog di luar Yerusalem.
"Setelah IDF mengasesmen situasi, diputuskan batalion pasukan Divisi Yudea dan Samaria (Tepi Barat) ditambah," kata militer Israel, Sabtu (28/1/2023).
Sebelumnya dilaporkan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Israel hanya akan menghentikan serangan udara bila milisi Palestina berhenti melepaskan tembakan roket. Pernyataan ini disampaikan satu hari setelah serangan paling mematikan Israel ke Palestina dalam beberapa puluh tahun terakhir.
Sejauh ini baku tembak antara milisi Gaza dan tentara Israel masih mengikuti pola yang mengizinkan kedua belah pihak saling merespon tanpa menyebabkan eskalasi besar. Instruksi Gallant pada militer untuk menyiapkan serangan baru ke Jalur Gaza "bila diperlukan" mengirim sinyal kekerasan mungkin mulai mereda.
Sholat Jumat, (27/1/2023) di komplek Masjid Al-Aqsa yang biasanya memicu bentrokan antara warga Palestina dan polisi Israel berlangsung relatif tenang. Meski banyak polisi yang berjaga. Tapi warga kota suci dan daerah pendudukan Tepi Barat masih waspada.
Serangan udara Israel diikuti serangan ke perkemahan pengungsi Jenin yang berubah menjadi baku tembak. Kekerasan ini menewaskan sembilan orang termasuk, tujuh anggota milisi dan seorang perempuan berusia 61 tahun.
Serangan juga memicu bentrokan di tempat-tempat lain, tentara Israel membunuh seorang pria berusia 22 tahun di Kota al-Ram, sebelum utara Yerusalem. Pemakaman di al-Ram, massa yang menggotong jenazah pemuda pemuda itu membawa dan mengibarkan bendera Fatah, partai yang menguasai Otoritas Palestina dan bendera milisi Hamas yang menguasai Gaza.