REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pos pemeriksaan keimigrasian Muse-Ruili menjadi salah satu titik perbatasan tersibuk antara China dan kawasan Asia Tenggara selama musim libur Tahun Baru Imlek. Pos pemeriksaan di Kota Muse, Myanmar, dan Kota Ruili, Provinsi Yunnan, China, secara resmi telah dibuka kembali sejak Rabu (25/1/2023).
Muse-Ruili merupakan jalur perdagangan lintas-batas krusial bagi Myanmar dan China, tulis media China pada Ahad (29/1/2023). Data resmi Pemerintah China, sekitar 17 juta orang keluar-masuk melalui pos Ruili dan 17.458 ton barang ekspor-impor sepanjang 2019.
Pos tersebut selama satu tahun sebelum pandemi telah memberikan pendapatan hampir 100 miliar yuan (sekitar Rp220,7 triliun) terhadap Provinsi Yunnan atau sekitar 80 persen nilai perdagangan daerah di selatan China itu dengan Myanmar.
Otoritas China menghapus persyaratan karantina bagi pelaku perjalanan internasional, termasuk yang melalui pos perbatasan Muse-Ruili, sejak 8 Januari 2023. Mereka hanya diwajibkan menunjukkan hasil tes negatif PCR dalam 48 jam terakhir dan dokumen perjalanan yang masih berlaku.
Pos perbatasan tersebut ditutup pada Maret 2020 saat China sedang berjuang keras melawan pandemi. Sementara itu, Kementerian Keamanan Publik China memproses permohonan 2,45 juta perjalanan keluar-masuk wilayah China daratan selama musim mudik Imlek tahun ini.
Dari jumlah itu, sebanyak 112 ribu pelaku perjalanan lintas-batas menggunakan kendaraan sendiri. China memiliki beberapa pos perbatasan yang bisa dilalui kendaraan, di antaranya dengan Hong Kong dan Makau.