REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan prediksi pertumbuhan Arab Saudi tahun 2023. Pertumbuhan produsen minyak dunia itu turun setelah produksi lebih rendah dari yang diharapkan.
IMF memprediksi pertumbuhan perekonomian terbesar di Arab itu tahun ini 2,6 persen. Lebih buruk dibanding rata-rata pertumbuhan di kawasan dan 1,1 persen lebih rendah dari prediksi IMF bulan Oktober lalu. Arab Saudi akan membebani pertumbuhan negara-negara tetangganya.
"Penurunan untuk tahun 2023 sebagian besar mencerminkan produksi minyak yang lebih rendah dari yang disepakati lewat OPEC+, sementara pertumbuhan non-minyak diperkirakan akan tetap kuat," kata IMF dalam laporannya, Selasa (31/1/2023).
Pertumbuhan di Timur Tengah dan kawasan Asia tengah pada tahun 2023 diproyeksikan turun menjadi 3,2 persen. Pada tahun 2022 pertumbuhan dua kawasan itu mencapai 5,3 persen.
"Penyebab utamanya pertumbuhan Arab Saudi lebih lambat dibandingkan yang diharapkan," tambah IMF.
Tingginya harga minyak tahun lalu membantu neraca fiskal Arab Saudi surplus untuk pertama kalinya sejak 2013. Diperkirakan Produk Domestik Bruto tumbuh 2,6 persen. Surplus dibayangi kecemasan ekonomi global dan ketidakpastian permintaan minyak ke depannya.