REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Balon udara yang melayang di wilayah Amerika Serikat (AS) menimbulkan kegaduhan. Pejabat pertahanan mengklaim bahwa balon tersebut merupakan balon pengintai Cina yang melayang di atas bagian utara Amerika Serikat selama beberapa hari terakhir. Balon tersebut diperkirakan telah melakukan perjalanan ke sejumlah negara bagian yang berbeda di mana instalasi pertahanan yang sensitif (silo nuklir) berada.
Sebelumnya, media berita lokal di Montana melaporkan bahwa Pentagon telah mengkonfirmasi bahwa balon pengintai ketinggian tinggi berada di atas benua Amerika Serikat sekarang.
Juru bicara Pentagon, Brigjen. Jenderal Pat Ryder, mengatakan kepada beberapa media bahwa pemerintah AS, termasuk NORAD, terus melacak dan memantaunya dengan cermat.
"Balon saat ini terbang di ketinggian jauh di atas lalu lintas udara komersial dan tidak menghadirkan ancaman militer atau fisik bagi orang-orang di darat," ujarnya seperti dilansir dari laman Gizmodo, Sabtu (4/2/2023).
Ryder juga mengatakan kepada media berita bahwa pemerintah segera bertindak untuk melindungi dari pengumpulan informasi sensitif, tetapi tidak menjelaskan tindakan apa yang diambil.
NBC melaporkan bahwa F-22 Raptors dari pangkalan Angkatan Udara Nellis dikirim untuk menyelidiki balon tersebut tetapi para pejabat tidak akan mengatakan apakah balon tersebut akan ditembakkan dari langit atau tidak. Outlet lain telah melaporkan bahwa Pentagon telah merekomendasikan untuk tidak menembak jatuh balon tersebut.
Sebuah video menjadi trending singkat di Twitter yang konon menunjukkan bukti balon pengintai. Dalam video tersebut, seorang pria mengarahkan ponsel kameranya ke sesuatu yang tampak seperti titik kabur dan tidak bergerak di langit. “Apa-apaan itu? Itu bukan matahari!” pria itu berseru.
Media berita lokal di Billings, Montana (di mana balon dikatakan telah terlihat berkali-kali) menerbitkan foto benda misterius seperti bola itu.
Insiden itu terjadi pada saat AS dan Cina mengalami sedikit ketegangan. Dalam upaya untuk melawan pengaruh Cina di Indo-Pasifik, AS baru -baru ini memprakarsai perjanjian dengan Filipina yang memungkinkan kerja sama yang lebih besar dan penempatan personel militer AS yang lebih besar di wilayah tersebut. Para pejabat Amerika juga terus-menerus menyatakan kewaspadaan atas peningkatan aktivitas Cina di Laut Cina Selatan.