REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendorong ASEAN untuk terus memainkan perannya sebagai jangkar perdamaian dan stabilitas di kawasan. Hal itu disampaikan ketika dia membuka ASEAN Foreign Ministers (AFM) Retreat di Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta, Sabtu (4/2/2023) pagi.
Retno mengungkapkan, ASEAN terus menerima permintaan kemitraan dari negara-negara lain. Sebagai pemegang keketuaan tahun ini, Retno menyampaikan apresiasi atas ketertarikan tersebut. Menurutnya hal tersebut menunjukkan semangat persahabatan dan kerja sama tetap ada.
Menurut Retno, ketertarikan itu juga menunjukkan ASEAN memiliki kekuatan yang meyakinkan dan penting. “Kepercayaan komunitas internasional harus digunakan oleh ASEAN untuk terus memainkan perannya sebagai jangkar perdamaian dan stabilitas di kawasan, membangun arsitektur regional yang inklusif, yang fokus mempromosikan kepercayaan strategis daripada defisit kepercayaan, keterlibatan daripada pengurungan, dan semangat kolaborasi daripada konflik,” ucapnya.
Retno kemudian menyinggung implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Menurutnya, penerapan hal tersebut akan membantu ASEAN menavigasi semua tantangan. “Kita tentu mau melanjutkan apa yang sudah dilakukan ASEAN dalam lima dekade terakhir,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, dalam AFM Retreat akan dibahas beragam isu, mulai dari isu terkait eksternal, mitra, serta isu kawasan dan global. “Hari ini adalah hari terakhir ASEAN Ministerial Meeting. Terima kasih banyak untuk kontribusi Anda untuk membuat diskusi kita kemarin sangat produktif. Saya yakin, kita bisa melanjutkan dengan semangat yang sama untuk diskusi kita hari ini,” ucap Retno.
Pada Jumat (3/2/2023) lalu, Retno Marsudi telah membuka ASEAN Coordinating Council (ACC) Meeting ke-32. Saat memberi keterangan pers seusai pertemuan, Retno memaparkan beberapa kesepakatan yang tercapai. Pertama, ACC mengadopsi Guidelines for the Implementation of the Observer Status untuk Timor Leste. “ACC juga menugaskan ACC Working Group on Timor-Leste untuk mengerjakan draf peta jalan untuk keanggotaan penuh Timor-Leste,” kata Retno.
Kedua, ACC mengesahkan High-Level Task Force (HLTF) on Economic Integration untuk mengembangkan ASEAN Blue Economy Framework. Ketiga, ACC menugaskan Senior Officials’s Meeting (SOM) untuk pembentukan SOM Working Group dengan mandate memperkuat proses pengambilan keputusan ASEAN.
Keempat, ACC menugaskan Committee of Permanent Representatives (CPR) untuk meninjau TOR CPR dan menyelesaikan TOR of EAS Ambassadors’ Meeting in Jakarta (EAMJ). CPR pun ditugaskan membahas revisi “Modalities for Chair of ASEAN and ASEAN Sectoral Bodies to Host Meetings at the ASEAN Secretariat” dan menangani masalah pendanaan.
“ACC juga setuju bahwa Covid-19 Response Fund akan dibentuk diperluas menjadi ASEAN Response Fund for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ASEAN Response Fund),” kata Retno.