REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, keputusan Barat memasok persenjataan ke Ukraina telah secara aktif menyeret Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke dalam konflik di negara tersebut. Menurutnya, keterlibatan NATO menyebabkan tingkat eskalasi tak dapat diprediksi.
“Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berusaha memperpanjang konflik sepanjang mungkin. Untuk melakukan ini, mereka telah memulai memasok senjata ofensif berat, secara terbuka mendesak Ukraina untuk merebut wilayah kami. Faktanya langkah-langkah seperti itu menyeret negara-negara NATO ke dalam konflik dan dapat menyebabkan tingkat eskalasi yang tidak dapat diprediksi,” kata Shoigu dalam konferensi dengan para pejabat militer Rusia, Selasa (7/2/2023).
Kata 'wilayah kami' yang disinggung Shoigu dalam pernyataannya tampaknya merujuk pada empat wilayah di timur dan selatan yang sudah dianeksasi Rusia. Mereka adalah Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Pada September tahun lalu, Rusia menggelar referendum di keempat wilayah itu untuk menentukan apakah mereka bersedia bergabung dengan Rusia.
Rusia mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung dengan Moskow. Ukraina dan sekutu Barat-nya telah menolak hasil referendum tersebut. Mereka menuduh Rusia memanipulasi proses pemungutan suara dan hasilnya. Tak lama setelah Rusia menganeksasi Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, Ukraina secara resmi mengajukan permohonan bergabung dengan NATO.
Akhir pekan lalu Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengklaim, secara de facto negaranya telah menjadi anggota NATO. Pernyataannya terkait dengan aliran bantuan persenjataan yang sudah diperoleh Ukraina dari Barat. “Saya benar-benar berani mengklaim bahwa kami telah menjadi negara NATO de facto. Kami hanya memiliki bagian de jure yang tersisa,” kata Reznikov, Ahad (5/2/2023).
Terkait pertempuran yang hampir memasuki tahun pertama, Reznikov mengatakan, dia yakin Barat pada akhirnya akan menyetujui permintaan jet tempur negaranya. Dia mengungkapkan, Ukraina telah menerima semua daftar keinginan atau kebutuhannya, kecuali pesawat tempur. “Akan ada pesawat juga. Pertanyaannya adalah jenis apa sebenarnya. Pertimbangkan bahwa misi sudah selesai,” kata Reznikov saat mengomentari tentang sekutu Barat akan menyetujui permintaan bantuan senjata terbaru Ukraina.
Dia mengungkapkan, jet tempur sangat penting untuk menantang superioritas udara Rusia dan memastikan keberhasilan dalam menghadapi serangan Moskow yang diprediksi dapat dimulai sekitar peringatan satu tahun perang, yakni pada 24 Februari mendatang. “Tidak semua senjata Barat akan tiba pada saat itu. Tapi kami memiliki sumber daya dan cadangan untuk membantu menstabilkan serta mempertahankan ofensif,” ujar Reznikov.
Sejak perang di Ukraina pecah pada Februari tahun lalu, para pemimpin Barat telah menolak beberapa permintaan bantuan Kiev seperti rudal jarak jauh dan tank tempur. Namun belakangan, Barat akhirnya menyetujui pengiriman bantuan tersebut. Saat ini tank Leopard buatan Jerman tengah dikirim ke Ukraina.
Saat ini negara-negara Baltik dan Polandia telah menyatakan dukungan agar Ukraina memperoleh bantuan jet tempur. Namun beberapa pemimpin Barat khawatir, pengiriman jet tempur ke Ukraina akan menyeret negara mereka lebih jauh ke dalam konflik.
Rusia telah memperingatkan bahwa suplai persenjataan Barat ke Ukraina hanya akan memperpanjang konflik. Moskow pun menyatakan bahwa persenjataan Barat di Ukraina merupakan target yang sah. Saat ini pertempuran sengit masih berlangsung di wilayah timur Ukraina.