REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada Selasa (7/2/2023), mengarahkan Tim Pusat Bantuan Kemanusiaan Raja Salman (KSrelief) untuk mengoperasikan armada udara untuk menyediakan berbagai pengiriman bantuan bagi para korban gempa di Suriah dan Turki.
Menurut pernyataan resmi Saudi Press Agency (SPA), akses udara itu akan memberikan bantuan kesehatan, tempat berlindung, makanan, dan logistik untuk meringankan dampak gempa bumi terhadap rakyat Suriah dan Turki. Arahan juga termasuk mengorganisir kampanye melalui platform 'Sahem' untuk membantu korban gempa di kedua negara.
"Bantuan yang diberikan berasal dari kepedulian Penjaga Dua Masjid Suci dan Putra Mahkota untuk mendukung mereka yang terkena dampak bencana gempa di Suriah dan Turki," kata Penasehat Royal Court dan Pengawas Umum KSrelief, Abdullah bin Abdulaziz al-Rabeeah dikutip dari Alarabiya, Rabu (8/2/2023).
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat gempa besar sudah mendekati angka 8.000 orang pada Selasa (7/2/2023), menurut data resmi, dengan petugas penyelamat masih mencari korban selamat yang terjebak.
Sementara itu Uni Emirat Arab (UAE) pada Selasa (7/2/2023) menjanjikan 100 juta dolar AS untuk Suriah dan Turki. Bantuan dana itu untuk membantu korban dari salah satu bencana gempa terbesar yang menewaskan hampir 8.000 orang di kedua negara itu.
UAE yang telah menjanjikan sekitar 13,6 juta dolar AS untuk Suriah – memelopori upaya bantuan regional, setelah mengirim pesawat ke kedua negara dengan barang bantuan dan tim penyelamat setelah gempa berkekuatan 7,8 yang melanda Senin pagi.
"Pada hari Selasa, Presiden Emirat Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan telah memerintahkan pemberian 100 juta dolar itu untuk membantu mereka yang terkena dampak," kata kantor berita resmi negara ini.
Jumlah itu akan dibagi rata antara Suriah dan Turki, dengan masing-masing mendapatkan 50 juta dolar AS. Belum jelas apakah dana yang telah dijanjikan UEA untuk Suriah termasuk 13,6 juta dolar AS yang diumumkan sebelumnya.
Mayor Jenderal Saleh al-Ameri, komandan operasi gabungan di Kementerian Pertahanan UEA mengatakan pada Selasa, tiga pesawat militer telah dikirim ke Turki, membawa tim pencarian dan penyelamatan yang telah memulai operasi.
Sebanyak tujuh penerbangan direncanakan ke negara-negara yang dilanda gempa, termasuk dua ke ibu kota Suriah, Damaskus, katanya kepada media lokal.
Kantor berita resmi Suriah SANA mengatakan pada Selasa, sebuah pesawat Emirat yang membawa 10 ton pasokan makanan telah tiba di bandara internasional Damaskus.
UEA membuka kembali kedutaannya di ibu kota Suriah pada Desember 2018, menunjukkan upaya untuk membawa rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad kembali ke Arab setelah bertahun-tahun boikot.
Baca juga : Teriakan Putus Asa Korban Gempa Turki
Pada Maret tahun lalu, Assad melakukan kunjungan ke UEA – yang pertama ke negara Arab dalam lebih dari satu dekade perang saudara yang brutal.
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat gempa besar yang melanda Turki dan Suriah mendekati 8.000 orang pada Selasa (7/2/2023), data resmi menunjukkan, dengan petugas penyelamat masih mencari korban selamat yang terjebak. Pihak berwenang mengatakan 5.000-an orang tewas di Turki dan 2.000an lain di Suriah, sehingga total menjadi lebih dari 7.000 orang.