REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Tim penyelamat terus bekerja seiring terus bertambahnya korban gempa bumi Turki-Suriah yang menyentuh 9.000 orang lebih, Rabu (8/2/2023). Merujuk keterangan para pejabat dan medis, korban meninggal di Turki sudah 7.108 orang sedangkan di Suriah 2.530 orang.
Dengan demikian, total kematian akibat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo pada Senin itu menjadi 9.638 orang. Namun, jumlah korban kemungkinan bakal terus bertambah. Harapan menyelamatkan banyak orang kian pudar.
Hampir dua hari setelah sebuah apartemen runtuh Kahramanmaras, kota di Turki yang tak jauh dari pusat gempa, tim penyelamat menarik seorang bocah laki-laki tiga tahun dari bawah reruntuhan bangunan. Ayah sang bocah, Ertugrul Kisi lebih dulu diselamatkan.
Ia terenyuh melihat anaknya ditarik dari balik reruntuhan kemudian diangkut ambulans. Beberapa jam berselang, tim berhasil pula menyelamatkan gadis 10 tahun dari reruntuhan rumahnya di Kota Adiyaman.
Baca juga : Cerita WNI di Turki Saat Terjadi Gempa
Di tengah tepuk tangan warga , kakek si gadis kecil mencium cucunya itu dan membisikan kata-kata kepadanya saat dipindahkan ke ambulans. Di Kota Jindires, Suriah, warga menemukan bayi yang tali pusarnya masih terhubung dengan ibunya yang meninggal.
Bayi ini satu-satunya yang selamat dari keluarga tersebut. Relawan White Helmet menuturkan, 1.280 meninggal di wilayah barat daya Suriah itu. Lebih dari 2.300 terluka. Pemerintah Suriah melaporkan bertambahnya jumlah kematian, 1.250 orang.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan, semua pihak kehabisan waktu untuk menyelamatkan ribuan korban terluka dan yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk. Meski, tim dari 20 negara telah bergabung dengan 24 ribu personel tim penyelamat Turki.
Seakan menyepakati pandangan Ghebreyesus bagi mereka yang kerabatnya masih terjebak di antara reruntuhan bangunan, bantuan datang terlalu lamban. ‘’Saya tak bisa mendapatkan kembali kakak, keponakan saya. Lihat, tak ada pejabat di sini,’’ ujarnya seperti dilansir Aljazirah.
Bagi para penyintas, terpaan kondisi buruk juga harus dihadapi. Mereka berteduh di masjid, sekolah, bahkan halte bus dari sergapan dinginnya salju dan hujan yang menusuk. Mereka membakar puing-puing yang masih ada untuk menghangatkan tubuh, mengusir jahatnya hawa dingin.
Baca juga : Teriakan Putus Asa Korban Gempa Turki