REPUBLIKA.CO.ID, KAHRAMANRAS -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk membangun kembali daerah-daerah yang terkena gempa bumi mematikan dalam waktu satu tahun. Berbicara pada kunjungan ke tenda pengungsi di Kahramanmaras pada Rabu (8/2/2023), Erdogan mengatakan, pemerintah telah memobilisasi semua cara untuk menangani dampak gempa yang menewaskan hampir 10.000 orang di seluruh Turki dan Suriah.
“Kami bertujuan untuk membangun kembali rumah di Kahramanmaras dan sembilan provinsi lainnya dalam satu tahun,” kata Erdogan, sebelum meninjau wilayah lain yang terkena gempa di Provinsi Hatay, dilaporkan Bloomberg.
“Jika ada yang memilih untuk tidak tinggal di tenda, kami dapat memindahkannya ke hotel di Alanya, Mersin, dan Antalya, di pantai Mediterania,” kata Erdogan.
Erdogan mengatakan, pemerintah menggelontorkan bantuan senilai 10.000 lira kepada setiap keluarga yang terkena dampak gempa. Sejauh ini, skala bencana masih belum diketahui. Tetapi Bloomberg Economics memperkirakan bahwa pengeluaran publik terkait gempa, termasuk upaya pembangunan kembali, dapat mencapai 5,5 persen dari produk domestik bruto.
Erdogan mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan untuk provinsi-provinsi yang terkena gempa. Ini akan memungkinkan Erdogan untuk mengambil langkah-langkah keamanan dan keuangan yang cepat dalam menanggapi bencana tersebut.
“Kami mengalami beberapa kesulitan pada hari pertama tetapi kendali atas situasi diambil pada hari kedua dan hari ini,” kata Erdogan.
Gempa dahsyat itu merobohkan ribuan bangunan termasuk rumah sakit, sekolah dan blok apartemen, serta melukai puluhan ribu orang. Gempa menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal di Turki dan Suriah utara. Pihak berwenang Turki mengatakan, sekitar 13,5 juta orang terkena dampak gempa di daerah yang membentang sekitar 450 km dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur. Jarak ini lebih jauh dari jarak antara Boston dan Philadelphia, atau Amsterdam dan Paris.
Badan penanggulangan bencana Turki mengatakan, jumlah korban luka mencapai di atas 38.000. Di Kota Jandaris di Suriah utara, petugas penyelamat dan penduduk mengatakan puluhan bangunan telah runtuh.
Petugas penyelamat telah berjuang untuk mencapai beberapa daerah yang paling parah. Mereka terkendala oleh jalan yang hancur, cuaca buruk dan kurangnya sumber daya serta alat berat. Beberapa daerah tidak memiliki bahan bakar dan listrik.