REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (8/2/2023) mengatakan pemerintah telah menggerakkan semua sumber daya untuk mengevakuasi korban gempa di provinsi yang terdampak. Hal ini diungkapkan Erdogan ketika meninjau upaya bantuan di Provinsi Kahramanmaras.
"Kami telah memobilisasi semua sumber daya kami. Negara bekerja dengan kota, terutama AFAD (Presidensi Manajemen Bencana dan Darurat), dengan segala cara," kata Erdogan, dilaporkan Anadolu Agency.
Erdogan mengatakan, setidaknya 8.574 orang tewas dan 49.133 lainnya terluka di Turki akibat gempa. Dia menambahkan, total 6.444 bangunan runtuh akibat gempa dengan magnitudo 7,7 skala ritcher dan gempa susulan berkekuatan 7,6 skala ritcher yang terjadi dalam waktu kurang dari 10 jam. Gempa bumi ini juga dirasakan di negara-negara terdekat, termasuk Suriah dan Lebanon.
Hotel-hotel tertentu di Provinsi Mersin dan Antalya, termasuk distrik Alanya, telah membuka pintunya bagi para korban gempa. "Warga kami tidak perlu khawatir. Kami tidak akan pernah membiarkan mereka tidak terlindungi," ujar Erdogan.
Erdogan mengatakan, setiap keluarga yang terkena dampak gempa akan menerima bantuan senilai 10 ribu lira. Erdogan juga menjanjikan operasi perumahan massal yang akan diluncurkan di 10 provinsi yang terkena dampak gempa.
Agar operasi pencarian dan penyelamatan dapat dilakukan dengan cepat, Turki pada Selasa (7/2/2023) mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di provinsi yang dilanda gempa yaitu Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kahramanmaras, Kilis, Malatya, Osmaniye, dan Sanliurfa. Turki juga menetapkan tujuh hari berkabung nasional setelah gempa dahsyat itu.
Semua acara olahraga nasional di Turki telah ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Sekolah di seluruh negeri akan ditutup hingga 13 Februari, dan pendidikan di 10 provinsi yang terkena dampak dihentikan hingga 20 Februari.