REPUBLIKA.CO.ID, KIRIKHAN -- Masalah keamanan di Turki membuat dua organisasi bantuan Jerman menghentikan operasi penyelamatan di pada Sabtu (11/2/2023). Ada laporan yang menyebutkan terjadi bentrokan antara sekelompok orang, bahkan ada pula baku tembak.
Pencarian dan Penyelamatan Internasional Jerman (ISAR) dan Badan Bantuan Teknis Federal Jerman (THW) mengatakan, mereka akan melanjutkan pekerjaan segera setelah badan perlindungan sipil Turki AFAD mengklasifikasikan situasi aman. Manajer Operasi ISAR Steven Bayer mengatakan, situasi keamanan sedikit memburuk seiring berjalannya waktu sejak bencana. Hal itu seringkali terjadi dalam situasi dan kondisi pascabencana.
"Itu sebagian karena fakta bahwa makanan sekarang habis, pasokan air habis, dan kemudian orang-orang keluar mencari makanan dan air," kata Bayer berbicara di sebuah kamp pekerja penyelamat di kota Kirikhan.
"Hal kedua adalah harapan yang dimiliki orang-orang kini semakin memudar, dan harapan itu kemudian bisa berubah menjadi kemarahan," ujarnya.
Bayer sebelumnya mengatakan, kelompok bantuan tersebut akan tetap berada di kamp bersama dengan THW untuk saat ini. Namun organisasi tersebut akan segera siap membantu jika ada indikasi orang yang selamat.
"Ada peningkatan laporan bentrokan antara kelompok yang berbeda, dan tembakan dikatakan telah dilepaskan," kata ISAR.
Otoritas Turki belum melaporkan bentrokan di wilayah yang dilanda gempa. Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengomentari situasi keamanan umum pada Sabtu dengan menyatakan keadaan darurat telah diumumkan dan telah terjadi beberapa penjarahan. Dengan pengumuman itu, orang-orang yang terlibat dalam penjarahan atau penculikan harus tahu bahwa tindakan tegas negara akan diberlakukan.
Unit Penanggulangan Bencana Pasukan Austria (AFDRU) juga sempat menghentikan operasi pada Sabtu, hanya saja itu tidak berlangsung lama karena aktivitas kemudian dilanjutkan. Juru bicara Kementerian Pertahanan Michael Bauer men-tweet, bahwa tentara Turki telah mengambil alih perlindungan kontingen AFDRU.
Sekitar 82 petugas penyelamat dari angkatan bersenjata Austria telah berada di Antakya, Turki, sejak 7 Februari. Tim ahli negara itu telah membebaskan sembilan orang dari puing-puing.
Swiss mengatakan sedang memantau dengan cermat situasi keamanan di Hatay dan langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan. Swiss telah mengirim 87 spesialis dan 8 anjing untuk membantu operasi penyelamatan dan sejauh ini telah menemukan 11 orang, termasuk dua bayi sejak tiba pada Selasa (7/2/2023). Tim tambahan beranggotakan 12 orang dikirim pada Jumat (10/2/2023).