Senin 13 Feb 2023 10:08 WIB

Aktivitas Kota Auckland Terhenti Akibat Topan Gabrielle

Warga Auckland bersiap menghadapi banjir besar akibat Topan Gabrielle.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Banjir akibat hujan deras di Auckland, Selandia Baru, 27 Januari 2023, dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video media sosial.
Foto: @MonteChristoNZ/REUTERS/File Foto
Banjir akibat hujan deras di Auckland, Selandia Baru, 27 Januari 2023, dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Penduduk kota Auckland, Selandia Baru meringkuk di tempat yang aman, saat mereka bersiap menghadapi banjir besar akibat Topan Gabrielle yang mulai menghantam negara ini, pada Senin (13/2/2023). Hantaman badai kali ini berlangsung setelah dua minggu berakhirnya badai sebelumnya yang memecahkan rekor bencana banjir kota terbesar di Selandia Baru itu dan menewaskan empat orang lainnya.

Kini, sebagian besar kota Auckland terhenti karena layanan fasilitas umum dihentikan, seperti kereta dibatalkan, perpustakaan dan sebagian besar sekolah ditutup, dan pihak berwenang meminta orang tidak beraktivitas kecuali hanya melakukan kegiatan penting.

Baca Juga

Maskapai Air New Zealand membatalkan semua penerbangan domestik ke dan dari Auckland, serta banyak penerbangan internasional ikut dibatalkan, hingga Selasa (14/2/2023) tengah hari. Walau beberapa rute penerbangan internasional akan terus beroperasi, namun telah dialihkan dari Auckland.

Maskapai juga membatalkan penerbangan domestik ke dan dari kota Hamilton, Tauranga, dan Taupo akibat badai Topan Gabrielle ini. Topan yang terletak tepat di sebelah timur laut negara itu dan bergerak ke selatan, mencurahkan lebih dari 220 milimeter (9 inci) hujan di daerah utara Auckland, memutus aliran listrik ke sekitar 58.000 rumah dan memaksa banyak jalan ditutup.

Pihak berwenang mengumumkan keadaan darurat di Northland, Auckland, dan beberapa wilayah lainnya. Topan Gabrielle diperkirakan akan melewati Auckland pada Senin (13/2//2023) malam ini. Kecepatan anginnya akan menurun saat hembusan mereda menjadi sekitar 130 kilometer per jam (80 mil per jam).

Peramal cuaca MetService mengatakan ada kemungkinan cuaca ekstrem sangat tinggi masih terjadi dan berdampak luas, karena hal ini belum pernah terjadi sebelumnya di banyak wilayah, dengan hujan lebat, angin kencang, dan gelombang besar.

Perdana Menteri Chris Hipkins dan beberapa anggota parlemen lainnya tidak dapat melakukan perjalanan dari Auckland ke ibu kota, Wellington, sehingga kemungkinan besar mereka akan melewatkan sesi pembukaan Parlemen tahun ini pada hari Selasa esok.

"Tolong anggap ini serius, kami memperkirakan cuaca buruk akan segera terjadi," kata Hipkins kepada wartawan, Ahad (12/2/2023). “Jadi tolong pastikan bahwa Anda siap. Pastikan Anda memiliki persiapan baik jika Anda harus tetap tinggal untuk jangka waktu tertentu, atau jika Anda harus mengungsi."

Sebelumnya, topan itu lewat di dekat Pulau Norfolk di wilayah yang terpencil, dari wilayah Australia yang dihuni sekitar 1.750 orang. Manajemen Darurat Pengendali Pulau Norfolk George Plant mengatakan pada hari Ahad bahwa pihaknya telah mengeluarkan semua izin pembersihan. Dia mengatakan ada beberapa puing di jalan dan beberapa kabel listrik terputus.

“Kami sangat beruntung dengan berlalunya topan karena angin yang paling merusak baru saja melewati kami,” tulis Plant pada hari Ahad di Facebook. “Namun, masih banyak pembersihan yang harus dilakukan dan mungkin perlu beberapa saat untuk memulihkan layanan seperti listrik.”

Dua pekan lalu, penduduk kota Auckland juga mengalami hantaman banjir parah yang pernah tercatat di kota itu. Hal ini karena jumlah hujan yang biasanya turun sepanjang musim panas terjadi dalam satu hari.

Air banjir yang naik dengan cepat dan tanah longsor menewaskan empat orang, menyebabkan gangguan yang meluas dan menyebabkan ratusan rumah tidak dapat ditinggali.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement