Selasa 14 Feb 2023 10:10 WIB

Militer AS Temukan Sensor Pengumpulan Data Intelijen di Balon Mata-Mata Cina

Sensor pengumpul data ini ditemukan dari balon yang ditembak jatuh di Carolina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang disediakan oleh Travis Huffstetler Photography ini, sebuah balon besar melayang di atas Samudra Atlantik, tepat di lepas pantai Carolina, Sabtu, 4 Februari 2023. iliter Amerika Serikat (AS) pada Senin (13/2/2023) mengatakan, mereka telah menemukan barang elektronik penting dari balon mata-mata China yang ditembak jatuh oleh jet tempur AS di lepas pantai Carolina Selatan pada 4 Februari 2023
Foto: Travis Huffstetler Photography
Dalam foto yang disediakan oleh Travis Huffstetler Photography ini, sebuah balon besar melayang di atas Samudra Atlantik, tepat di lepas pantai Carolina, Sabtu, 4 Februari 2023. iliter Amerika Serikat (AS) pada Senin (13/2/2023) mengatakan, mereka telah menemukan barang elektronik penting dari balon mata-mata China yang ditembak jatuh oleh jet tempur AS di lepas pantai Carolina Selatan pada 4 Februari 2023

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat (AS) pada Senin (13/2/2023) mengatakan, mereka telah menemukan perangkat elektronik penting dari balon mata-mata Cina yang ditembak jatuh oleh jet tempur AS di lepas pantai Carolina Selatan pada 4 Februari. Militer juga menemukan sensor kunci yang mungkin digunakan untuk pengumpulan data intelijen.

"Para kru berhasil menemukan puing-puing yang signifikan dari lokasi, termasuk semua sensor prioritas dan potongan elektronik yang diidentifikasi serta sebagian besar struktur," kata Komando Utara militer AS dalam sebuah pernyataan.  

Baca Juga

Balon mata-mata Cina terbang selama sepekan di atas wilayah udara Amerika Serikat dan Kanada. Presiden Joe Biden kemudian memerintahkan untuk menembak jatuh balon tersebut. Balon mata-mata ini semakin meningkatkan ketegangan hubungan antara Beijing dan Washington.

Munculnya balon mata-mata Cina menyebabkan militer AS menjelajahi langit untuk mencari objek lain yang tidak bisa ditangkap radar. Militer AS melakukan tiga penembakan dalam tiga hari antara Jumat (10/2/2023) dan Ahad (12/2/2023). 

Militer AS dan pemerintahan Biden mengakui, banyak hal tentang objek tak berawak terbaru yang masih belum diketahui, termasuk bagaimana mereka bertahan di udara, siapa yang membangunnya, dan apakah mereka mungkin telah mengumpulkan data intelijen. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berusaha menenangkan warga Amerika  tentang risiko yang ditimbulkan oleh benda tak dikenal tersebut.

"Saya ingin meyakinkan orang Amerika, benda-benda ini tidak menimbulkan ancaman militer bagi siapa pun di lapangan. Namun, mereka menimbulkan risiko bagi penerbangan sipil dan berpotensi menjadi ancaman pengumpulan intelijen," ujar Austin.

Militer AS mengatakan, menargetkan objek terbaru lebih sulit daripada menembak jatuh balon mata-mata China karena ukurannya yang lebih kecil dan kurangnya tanda radar tradisional pada objek tersebut. Misalnya, penembakan terbaru terhadap objek tak dikenal pada Ahad oleh jet tempur F-16. Dalam penembakan itu, salah satunya gagal mengenai sasaran.

Austin mengatakan, militer AS belum menemukan puing-puing dari tiga objek terbaru yang ditembak jatuh. Salah satu objek tak dikenal itu jatuh di lepas pantai Alaska dalam es dan salju.  Penembakan lain terhadap objek tak dikenal juga terjadi di wilayah Yukon di Kanada. Pejabat AS menolak untuk menghubungkan insiden tersebut.

Namun, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada Senin mengatakan, empat objek udara yang ditembak jatuh dalam beberapa hari terakhir saling terkait. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

"Jelas ada semacam pola di sana, fakta bahwa kita melihat ini secara signifikan selama sepekan terakhir adalah penyebab ketertarikan dan perhatian," kata Trudeau kepada wartawan dalam konferensi pers di Whitehorse, ibu kota Yukon.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement