Jumat 17 Feb 2023 13:10 WIB

61 Negara Teken Seruan Aksi Penggunaan AI Bertanggung Jawab di Militer

Cina dan AS termasuk diantara negara yang tandatangani penggunaan AI di militer

Kapal pasokan USNS John Ericsson Amerika berlabuh di Filipina. Sebanyak 61 negara menandatangani sebuah Seruan Aksi untuk pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) yang bertanggung jawab di bidang militer.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Kapal pasokan USNS John Ericsson Amerika berlabuh di Filipina. Sebanyak 61 negara menandatangani sebuah Seruan Aksi untuk pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) yang bertanggung jawab di bidang militer.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Sebanyak 61 negara menandatangani sebuah Seruan Aksi untuk pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) yang bertanggung jawab di bidang militer.

Indonesia, Cina dan Amerika Serikat termasuk diantara negara-negara yang menandatangani seruan tersebut. Cina dan Amerika Serikat merupakan dua negara dengan industri kecerdasan buatan dalam militer yang paling maju.

"Inilah waktunya untuk membentuk masa depan kita," kata Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra dalam sesi penutupan konferensi REAIM 2023 di Den Haag, Kamis waktu setempat.

REAIM 2023 adalah platform bagi semua pemangku kepentingan untuk membahas peluang, tantangan, dan risiko utama yang terkait dengan penggunaan kecerdasan buatan di dunia militer.

Menurut Wopke, penanganan untuk kecerdasan buatan mungkin tidak akan sama dengan jenis senjata lain karena memiliki sisi baik dan buruk.

"Seruan saya untuk Anda semua sederhana. Mari bersama-sama kita membuka jalan (untuk pengembangan AI yang bertanggungjawab)," kata Wopke.

Dalam Seruan Aksi tersebut, negara-negara diajak untuk mengembangkan kerangka nasional, strategi dan prinsip-prinsip AI yang bertanggungjawab di bidang militer.

Negara juga perlu meningkatkan pemahaman mengenai AI dalam militer melalui riset, pelatihan, dan peningkatan kapasitas, serta melibatkan sektor swasta, masyarakat sipil serta akademisi untuk mempromosikan pengembangan AI yang bertanggung jawab di ranah militer.

Pengembangan teknologi di bidang kecerdasan buatan pada umumnya dapat dilihat di sektor sipil. Oleh karenanya pengembangan AI di sektor militer menjadi tantangan bagi semua pemangku kepentingan terkait.

"Kami berkomitmen untuk melanjutkan dialog global terkait kecerdasan buatan yang bertanggung jawab di bidang militer serta mengajak para pihak untuk mengambil tanggung jawab dalam berkontribusi untuk keamanan dan stabilitas internasional sesuai dengan hukum internasional," demikian isi Seruan Aksi tersebut.

Salah satu kekhawatiran terkait pemanfaatan AI di militer adalah pengembangan sistem persenjataan otonom yang tidak lagi melibatkan manusia.

Pemerintah Belanda menggelar konferensi tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang bertanggung jawab di sektor militer (REAIM 2023) di Den Haag.

Konferensi yang dilaksanakan pada 15-16 Februari itu diikuti oleh peserta dari 70 negara. Ajang itu merupakan yang pertama digelar oleh Belanda dan diharapkan bisa menjadi ajang tahunan.

Untuk penyelenggaraan konferensi pertama ini, Belanda menggandeng Korea Selatan sebagai co-host. Konferensi serupa akan kembali digelar tahun depan dengan Korea Selatan sebagai tuan rumah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement