REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, Presiden Prancis Emmanuel Macron membuang-buang waktu untuk mempertimbangkan dialog dengan Rusia. Dalam wawancara dengan harian Italia Corriere della Sera, Zelenskyy menanggapi komentar Macron bahwa Rusia harus "dikalahkan tetapi tidak dihancurkan" dan konflik di Ukraina harus diselesaikan melalui negosiasi.
"Ini akan menjadi dialog yang tidak berguna. Nyatanya Macron membuang-buang waktu. Saya sampai pada kesimpulan, kami tidak dapat mengubah sikap Rusia," kata Zelenskiy kepada harian Italia itu.
"Jika mereka memutuskan untuk mengasingkan diri dalam mimpi membangun kembali kekaisaran Soviet, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Terserah mereka untuk memilih atau tidak bekerja sama dengan komunitas bangsa atas dasar saling menghormati," kata Zelenskyy menambahkan
Zelenskyy menolak anggapan sanksi Barat yang telah mendorong Presiden Rusia Vladimir Putin ke dalam isolasi. "Justru keputusan untuk melancarkan peranglah yang meminggirkan Putin," katanya.
Zelenskyy melakukan percakapan melalui telepon dengan Macron pada Ahad (19/2/2023). Mereka membahas strategi, termasuk keputusan bersama menjelang peringatan tahun pertama invasi Rusia. Sebelum kunjungan singkat ke Paris beberapa waktu lalu, Zelenskiy mengatakan, sikap keras presiden Prancis terhadap Rusia dalam beberapa bulan terakhir telah mengalami perubahan yang signifikan.
Pada Jumat (17/2/2023) Macron mendesak sekutu untuk meningkatkan dukungan militer kepada Ukraina. Dalam sebuah wawancara dengan Journal du Dimanche, Macron mengatakan, dia tidak percaya pada perubahan rezim. Menurutnya, ada sedikit peluang solusi demokratis dari dalam masyarakat sipil Rusia dan tidak ada alternatif untuk membawa Putin kembali ke meja perundingan.
Komentar tersebut mendorong juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan, Prancis harus mengingat kekalahan Napoleon Bonaparte pada abad ke-19 di Rusia. Macron menuai kritik dari beberapa sekutu NATO karena menyampaikan pesan beragam terkait kebijakannya tentang perang Ukraina dan Rusia.