REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy khawatir akan terjadi Perang Dunia Ketiga jika Cina mendukung Rusia. Zelenskyy telah menghubungi pemimpin Cina dan meminta mereka untuk tidak memberikan dukungan apa pun kepada Rusia dalam invasinya di Ukraina.
“Harapan saya adalah bahwa pemerintah di Beijing akan mempertahankan sikap pragmatis, jika tidak kita berisiko Perang Dunia Ketiga, kita semua menyadarinya,” kata Zelenskyy dalam wawancara dengan harian Italia la Repubblica.
Cina dianggap sebagai pendukung utama Rusia. Namun, Cina belum memberikan dukungan militernya ke Moskow. Sementara Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Cina bisa saja memasok senjata ke Rusia.
Zelenskyy mengatakan, Presiden Prancis Emmanuel Macron membuang-buang waktu untuk mempertimbangkan dialog dengan Rusia. Dalam wawancara dengan harian Italia Corriere della Sera, Zelenskyy menanggapi komentar Macron bahwa Rusia harus "dikalahkan, tetapi tidak dihancurkan" dan konflik di Ukraina harus diselesaikan melalui negosiasi.
"Ini akan menjadi dialog yang tidak berguna. Nyatanya, Macron membuang-buang waktu. Saya sampai pada kesimpulan bahwa kami tidak dapat mengubah sikap Rusia," kata Zelenskyy kepada harian Italia itu.
"Jika mereka telah memutuskan untuk mengasingkan diri dalam mimpi membangun kembali kekaisaran Soviet, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Terserah mereka untuk memilih atau tidak bekerja sama dengan komunitas bangsa atas dasar saling menghormati," kata Zelenskyy menambahkan.
Zelenskyy menolak anggapan bahwa sanksi Barat yang telah mendorong Presiden Rusia Vladimir Putin ke dalam isolasi. "Justru keputusan untuk melancarkan peranglah yang meminggirkan Putin," katanya.
Zelenskyy melakukan percakapan melalui telepon dengan Macron pada Ahad (19/2/2023). Mereka membahas strategi, termasuk keputusan bersama menjelang peringatan tahun pertama invasi Rusia. Sebelum kunjungan singkat ke Paris beberapa waktu lalu, Zelenskyy mengatakan, sikap keras presiden Prancis terhadap Rusia dalam beberapa bulan terakhir telah mengalami perubahan yang signifikan.
Pada Jumat (17/2/2023), Macron mendesak sekutu untuk meningkatkan dukungan militer kepada Ukraina. Dalam sebuah wawancara dengan Journal du Dimanche, Macron mengatakan bahwa dia tidak percaya pada perubahan rezim. Menurut dia, ada sedikit peluang solusi demokratis dari dalam masyarakat sipil Rusia dan tidak ada alternatif untuk membawa Putin kembali ke meja perundingan.
Komentar tersebut mendorong juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan, Prancis harus mengingat kekalahan Napoleon Bonaparte pada abad ke-19 di Rusia. Macron telah menuai kritik dari beberapa sekutu NATO karena menyampaikan pesan yang beragam mengenai kebijakannya tentang perang antara Ukraina dan Rusia.