Jumat 24 Feb 2023 19:10 WIB

Perubahan Cuaca di UEA, Pasien Anak Melonjak

Anak-anak tercatat jatuh sakit berulang kali karena virus saat perubacah cuaca.

Rep: Mabruroh/ Red: Nora Azizah
Cuaca esktrem terjadi di Makkah dan kota Arab Saudi lainnya.
Foto: Arabnews
Cuaca esktrem terjadi di Makkah dan kota Arab Saudi lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Dokter anak di Uni Emirat Arab (UEA) menyaksikan lonjakan jumlah pasien anak-anak sekolah. Menurut petugas medis, perubahan cuaca di UEA menyebabkan anak-anak jatuh sakit berulang kali, karena virus yang berbeda berkembang di bawah kondisi yang berubah.

“Anak-anak jatuh sakit terutama karena perubahan cuaca yang tiba-tiba. Transisi dari kondisi dingin ke cuaca panas dapat memicu infeksi virus,” kata Spesialis Pediatri Rumah Sakit Burjeel Abu Dhabi, Dr Rim Al Choughri, dilansir dari Khalej Times, Jumat (24/2/2023).

Baca Juga

Menurutnya, kekebalan daya tahan tubuh anak-anak menurun pasca pembatasan dua tahun terakhir akibat pandemi virus corona. Karena selama dua tahun terakhir, anak-anak lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, dan minim kontak dengan lingkungan di sekitar.

“Ketika anak-anak terpapar kuman, merangsang sistem kekebalan tubuh. Ini memiliki efek yang mirip dengan vaksin. Kuman di lingkungan juga menjadi aktif karena perubahan cuaca. Inilah sebabnya mengapa kami menghadapi banyak kasus infeksi saat ini,” terang Al Choughri.

Mengulangi pemikiran serupa, profesional kesehatan lainnya juga menggarisbawahi bahwa kondisi cuaca dingin dan lembab tidak hanya meningkatkan peluang bertahan hidup, virus yang berbeda tetapi juga menghambat mekanisme kekebalan tubuh yang normal, terutama penghalang mukosa saluran pernapasan.

"Saat ini, rhinovirus, influenza, dan virus syncytial pernapasan sedang melonjak menyebabkan peningkatan jumlah anak yang jatuh sakit," kata Dokter Anak Spesialis, Klinik Aster Abu Hail, Dr Swathi Eluri.

Dia menambahkan, perubahan iklim, penurunan kekebalan pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa, kedekatan mereka (dengan anak-anak lain) di sekolah dan ventilasi yang buruk juga membuat mereka lebih rentan.

Dokter menyoroti gejala berkisar dari pilek biasa, sakit tenggorokan, sakit kepala, mialgia dan demam hingga gangguan pencernaan seperti muntah dan buang air besar.

"Dalam kasus yang parah itu dapat menyebabkan bronkitis dan pneumonia. Gejala hadir selama seminggu dan bahkan lebih lama untuk anak-anak dengan alergi yang diketahui sebelumnya,” tambah Eluri.

Dokter Anak Spesialis, Rumah Sakit Medeor, Dubai, Dr Jobby Jacob berpendapat, jika seorang anak menderita demam, muntah atau diare, mata merah muda, batuk terus-menerus, ruam di tangan/kaki dan mulut, ada baiknya untuk menahan mereka di rumah karena akan membantu mereka pulih lebih cepat dan mencegah penyebaran infeksi ke anak-anak lain.

"Akan lebih bijaksana untuk kembali ke sekolah setelah 24 jam periode bebas gejala jika demam, muntah, atau diare. Dalam kasus ruam atau mata merah muda, lebih baik menunggu gejala sembuh atau sembuh total,” kata Jacob.

Dr Kedar Patnekar, Dokter Anak Spesialis dan Manajer Cabang di Prime Medical center Burjuman Branch, mengatakan, bahwa ia merekomendasikan semua orang tua untuk memvaksinasi anak-anak mereka karena flu. Menurutnya ini sangat penting, terutama di musim ini termasuk menyarankan orang tua untuk tidak percaya pada rumor tentang vaksinasi flu.

"Selama itu diambil ketika anak tidak menunjukkan gejala itu akan melindungi mereka dari infeksi berulang. Orang tua harus mengunjungi dokter segera setelah gejala mulai dan tidak menunggu sampai gejalanya memburuk,” jelasnya.

“Buah-buahan kaya vitamin C harus dimasukkan dalam makanan untuk membantu anak-anak membangun kekebalan mereka dan mengurangi kemungkinan infeksi yang sering terjadi. Yang penting, orang tua tidak boleh mengobati sendiri anak-anak mereka karena ini bisa berbahaya,” tambah Patnekar.

Lembaga pendidikan UEA juga mengingatkan orang tua untuk menjaga anak-anaknya dan hanya mengizinkan mereka kembali ke sekolah jika sudah sembuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement