Jumat 24 Feb 2023 20:27 WIB

China: Asia-Pasifik Hadapi Pilihan Antara Perdamaian dan Konfrontasi

China menekankan tidak ada tempat untuk Perang Dingin baru di Asia-Pasifik.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri China Wang Yi (kiri), disambut oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, selama pertemuan bilateral mereka menjelang Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 07 Juli 2022. China: Asia-Pasifik Hadapi Pilihan Antara Perdamaian dan Konfrontasi
Foto: EPA-EFE/DITA ALANGKARA
Menteri Luar Negeri China Wang Yi (kiri), disambut oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, selama pertemuan bilateral mereka menjelang Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 07 Juli 2022. China: Asia-Pasifik Hadapi Pilihan Antara Perdamaian dan Konfrontasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Wang Wenbin mengatakan, kawasan Asia-Pasifik menghadapi pilihan antara perdamaian dan konfrontasi. Hal itu disampaikan saat dia mengomentari kunjungan Menteri Luar Negeri China Qin Gang ke Indonesia.

 

Baca Juga

“Kawasan Asia-Pasifik menghadapi pilihan antara perdamaian dan konfrontasi, kerja sama dan perpecahan,” kata Wang dalam pengarahan pers, Kamis (23/2/2023), dikutip laman resmi Kemenlu China.

 

Terkait hal itu, Wang mengungkapkan, Qin Gang menjelaskan posisi China saat bertemu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Jakarta. Tahun ini Indonesia diketahui memegang kursi keketuaan ASEAN. Menurut Wang, dalam pertemuan Qin dengan Retno, keduanya menekankan pentingnya kemandirian strategis ASEAN.

 

“Menteri Luar Negeri Qin menekankan China selalu menjadikan ASEAN sebagai prioritas dalam diplomasi lingkungannya dan menjanjikan dukungan penuh untuk kepemimpinan ASEAN di Indonesia. Tidak ada tempat untuk Perang Dingin baru atau persaingan negara-negara besar di kawasan Asia-Pasifik dan negara-negara kawasan tidak boleh dipaksa memihak,” kata Wang.

 

Wang yakin, negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, akan membuat keputusan serta pilihan independen mereka berdasarkan kepentingan fundamental perdamaian, stabilitas dan pembangunan kawasan. “China mendukung ASEAN yang mandiri secara strategis, bersatu dan kuat, menjunjung tinggi sentralitas ASEAN dan arsitektur regional yang inklusif, serta menentang politik kelompok dan konfrontasi blok,” ucapnya.

 

Pada Rabu (22/2/2023), Retno Marsudi dan Qin Gang memimpin pertemuan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) ke-4 Indonesia-China di Gedung Pancasila, Jakarta. Dalam pertemuan itu dibahas berbagai kerja sama bilateral, khususnya dibidang perdagangan. JCBC ke-4 turut membahas isu kawasan yang menjadi perhatian bersama.

 

Salah satu isu kawasan yang diusung Retno adalah perihal Laut China Selatan. “Indonesia juga ingin melihat Laut China Selatan sebagai laut yang damai dan stabil. Penghormatan terhadap hukum internasional, terutama UNCLOS 1982, menjadi kunci,” kata Retno dalam konferensi pers bersama Qin Gang.

 

Retno mengungkapkan, setelah sempat tertunda karena pandemi Covid-19, negosiasi Code of Conduct (CoC) akan kembali dilakukan dan diintensifkan secara in-person. “Indonesia dan ASEAN ingin menghasilkan CoC yang efektif, substantif, dan actionable,” ujarnya.

Dalam JCBC ke-4, Retno menyampaikan kembali pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menerima para menlu ASEAN di Istana Merdeka awal bulan ini, yakni ASEAN tidak boleh menjadi proksi bagi kekuatan mana pun. “Indonesia dan ASEAN sangat berkepentingan agar Asia Tenggara tetap menjadi kawasan damai dan stabil serta menjadikannya pusat pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

 

Sementara itu Qin Gang menekankan, China  mendukung keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini. “China selalu menganggap ASEAN sebagai arah prioritas diplomasi tetangganya, dan mendukung penuh Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan rotasi keketuaan ASEAN tahun ini untuk membangun pertumbuhan ASEAN,” ucapnya.

 

Dalam diskusinya dengan Retno, Qin pun sempat menyinggung tentang Perang Dingin baru akibat adanya persaingan atau rivalitas negara-negara besar. “Sebuah Perang Dingin Baru dari persaingan negara-negara besar tidak boleh terjadi di kawasan kita, Asia Pasifik,” ujarnya.

 

Menurut Qin, negara-negara di kawasan tidak boleh dipaksa memilih salah satu pihak. “Kami percaya bahwa Indonesia dan ASEAN akan membuat penilaian serta pilihan independen berdasarkan akar stabilitas dan kemakmuran di kawasan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement