REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengumumkan sanksi baru pada Jumat (24/2/2023) terhadap Rusia. Sanksi baru tersebut diumumkan terkait peringatan satu tahun invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina.
Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat (AS) akan menjatuhkan sanksi pada 200 individu dan entitas. Sanksi itu akan mencakup "aktor" Rusia dan negara ketiga di Eropa, Asia, dan Timur Tengah yang mendukung upaya perang Rusia. Selusin lembaga keuangan Rusia juga akan menjadi sasaran.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan pada Kamis, langkah-langkah itu akan menargetkan sektor-sektor utama yang menghasilkan pendapatan bagi Putin, tambahan bank-bank Rusia, industri teknologi pertahanan Rusia, dan "aktor-aktor" di negara-negara pihak ketiga yang berusaha menghindari sanksi AS.
Selain itu, Departemen Perdagangan akan mengambil beberapa tindakan pengendalian ekspor terhadap hampir 90 perusahaan Rusia dan negara ketiga, termasuk di Cina, untuk penghindaran sanksi. Biden juga menandatangani proklamasi pada hari Jumat untuk menaikkan tarif lebih dari 100 logam, mineral, dan produk kimia Rusia.
Langkah itu dilakukan setelah Biden bertemu kembali secara virtual dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan para pemimpin negara Kelompok Tujuh untuk mengoordinasikan upaya bantuan.
Terbaru, pertemuan hari Jumat di antara negara-negara G-7 akan menjadi yang pertama sejak Putin mengumumkan dia menangguhkan partisipasi Moskow dari traktat nuklir dalam New START, sebuah perjanjian pengurangan senjata nuklir strategis, menyusul kunjungan mendadak Biden ke Ukraina.
Biden menyebut keputusan New START Putin sebagai "kesalahan besar". Biden juga akan mengumumkan bantuan ekonomi, energi, dan keamanan tambahan untuk membantu upaya militer Ukraina melawan Rusia, kata Sekretaris Gedung Putih, Jean-Pierre.
Dilansir USA Today, selama kunjungan mendadaknya ke Kiev pada Senin lalu, Biden menjanjikan tambahan 460 juta dolar AS untuk bantuan keamanan kepada mantan sekutu Soviet itu, tetapi AS menolak permintaan Zelenskiy untuk jet tempur F-16.
Melalui sanksi dan bantuan baru, Biden ingin menunjukkan AS dan sekutunya akan mendukung Ukraina selama diperlukan. Ketahanan di antara sekutu adalah tema utama pidato Biden hari Rabu di Warsawa, memperingati satu tahun perang yang tidak akan berakhir.
"Putin tidak lagi meragukan kekuatan koalisi kita," kata Biden. "Tapi dia masih meragukan keyakinan kita. Dia meragukan daya tahan kita. Dia meragukan dukungan kita yang berkelanjutan untuk Ukraina."
Biden mengatakan Putin "salah" dengan menganggap Ukraina akan segera runtuh dan NATO akan retak. Sekarang, dia ingin membuktikan bahwa Putin salah lagi dengan menunjukkan dukungan ekonomi dan militer yang berkelanjutan.