Sabtu 25 Feb 2023 12:50 WIB

Joe Biden: Rencana Perdamaian Cina Hanya Untungkan Rusia

Usulan perdamaian Cina dalam konflik Rusia-Ukraina dinilai tak rasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Indira Rezkisari
Presiden AS Joe Biden mengatakan, gagasan bahwa Cina akan merundingkan hasil dari perang yang merupakan perang yang sama sekali tidak adil untuk Ukraina adalah tidak rasional.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Presiden AS Joe Biden mengatakan, gagasan bahwa Cina akan merundingkan hasil dari perang yang merupakan perang yang sama sekali tidak adil untuk Ukraina adalah tidak rasional.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut rencana perdamaian Cina untuk konflik Rusia-Ukraina tidak rasional. Menurutnya, rencana tersebut hanya menguntungkan Moskow, bukan Kiev.

“Saya tidak melihat apa pun dalam rencana tersebut yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang akan bermanfaat bagi siapa pun selain Rusia, jika rencana Cina diikuti,” kata Biden dalam sebuah wawancara dengan ABC News, dikutip Sabtu (25/2/2023).

Baca Juga

Dia menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sangat menyambut rencana perdamaian yang diusulkan Beijing. “Putin bertepuk tangan. Jadi bagaimana bisa bagus?” ujar Biden. “Gagasan bahwa Cina akan merundingkan hasil dari perang yang merupakan perang yang sama sekali tidak adil untuk Ukraina adalah tidak rasional,” kata Biden menambahkan.

Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada Jumat lalu, Pemerintah Cina telah merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.

Ke-12 poin tersebut yakni, menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, menghentikan permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menyelesaikan krisisi kemanusiaan, melindungi warga sipil dan tahanan perang, menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, mengurangi risiko strategis seperti penggunaan senjata nuklir dan senjata kimia, memfasilitas ekspor gandum, menghentikan sanksi sepihak, menjaga stabilitas industri dan rantai pasok, serta mempromosikan rekonstruksi pasca-konflik.

Sesaat setelah dokumen itu dirilis, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, dia hendak menemui Presiden Cina Xi Jinping. “Saya berencana untuk bertemu Xi Jinping dan percaya ini akan bermanfaat bagi negara kita dan keamanan dunia,” katanya dalam konferensi pers di Kiev ketika memperingati satu tahun perang dengan Rusia, Jumat lalu.

Zelensky mengungkapkan, dia terbuka untuk mempertimbangkan bagian dari rencana gencatan senjata 12 poin yang diusulkan Cina untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Kendati demikian, Zelensky tak menyebut tentang kapan kemungkinan pertemuannya dengan Xi Jinping terjadi, dilansir dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement