REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan ia dan Perdana Menteri India Narendra Modi berkomitmen mensahkan kesepakatan perdagangan bebas antara India dan Uni Eropa. Tahun ini India dan Uni Eropa menghidupkan kembali negosiasi kesepakatan perdagangan bebas yang digelar tahun lalu.
"Ini topik penting dan saya akan terlibat secara pribadi," kata Scholz usai bertemu Modi di New Delhi, Sabtu (25/2/2023).
Perundingan ini diharapkan selesai pada akhir 2023. Bagi Uni Eropa kesepakatan perdagangan bebas dengan India sesuai dengan strateginya untuk meningkatkan keterlibatan di kawasan Indo-Pasifik.
Blok Benua Biru mengincar kesepakatan bilateral untuk mendapatkan keuntungan dari potensi pertumbuhan ekonomi India. Scholz bertemu dengan Modi di hari satu tahun invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam kunjungan ini ia membawa rombongan delegasi bisnis dan menunjukkan pentingnya kekuatan Barat mencari dukungan untuk melawan Moskow dalam perang di Ukraina.
"Saat ini perang sudah berjalan selama satu tahun penuh, perang mengerikan dengan begitu banyak kehancuran, ini merupakan bencana besar," kata Scholz.
"Dunia menderita akibat agresi ini, tapi kami akan melakukan semua yang dapat kami lakukan agar dunia tetap aman," katanya sambil menambahkan kerja sama antara India dan Jerman sangat penting.
Modi ingin membawa pertemuan G20 menjauh dari pembahasan mengenai perang di Ukraina. Pemerintahnya tidak mengkritik Moskow secara terbuka atas invasi itu dan mendorong dialog dan diplomasi untuk mengakhiri perang.
India juga meningkatkan pembelian minyak dari Rusia yang merupakan pemasok utama peralatan pertahanannya. Modi mengatakan India dan Jerman berkomitmen untuk mewujudkan potensi kerja sama yang belum diwujudkan dua negara itu seperti kerja sama keamanan dan pertahanan.
Scholz juga mendorong kesepakatan untuk menjual enam kapal selam kovensional ke India senilai 5,2 miliar dolar AS. Meski upaya terakhir kekuataan Barat menjual peralatan militer ke India untuk meredakan ketergantungan New Delhi pada peralatan militer Rusia tidak diharapkan dapat segera memberikan hasil.
Poros Jerman di India terlihat jelas, mengingatkan kedekatan ekonominya dengan Cina selaku pembeli utama mesin-mesin Jerman dan Rusia sebagai pemasok utama energi Jerman. Dua negara itu berperan penting dalam kemajuan ekonomi Jerman 15 tahun terakhir.
Sementara tujuan utama kunjungan Scholz untuk meningkatkan hubungan ekonomi. Berlin juga menyadari kebutuhan menekan negara populasi terbesar di dunia itu menolak invasi Rusia meski pemutusan hubungan ekonomi India dan Rusia tidak masuk dalam pembahasan.
"Saya menyakinkan negara-negara kami sangat berkaitan, kami memiliki pandangan yang serupa, terutama dalam demokrasi," kata Scholz.
Banyak negara-negara dunia ketiga yang menilai tekanan Barat pada Rusia atas invasinya ke Ukraina sebagai kemunafikan mengingat intervensi Barat di seluruh dunia. Sementara gangguan pada rantai pasokan dikhawatirkan memicu inflasi yang menyebabkan kelaparan.
Terakhir kali Scholz bertemu Modi bulan Juni tahun lalu dalam pertemuan Group of Seven (G7). Modi diundang karen G7 ingin memperluas pengaruhnya setelah kekhawatiran Cina mulai memberikan dukungan politik ke Rusia semakin besar.
Cina merupakan mitra dagang terbesar Jerman, invasi mendorong bisnis Jerman yang tidak banyak melakukan diversifikasi rantai pasokan membuka pasar potensial lainnya. Scholz mengatakan lebih dari 1.800 perusahaan Jerman sudah siap meningkatkan investasinya di India.
Walaupun banyak bisnis Jerman yang tertarik berinvestasi di India. Tapi peraturan dan halangan perdagangan menyulitkan perusahaan Jerman menembus pasar negara itu.
Scholz dan Modi juga membahas perubahan iklim dan para delegasi bisnis Jerman menandatangani kesepakatan di sektor pembangkit listrik tenaga angin, surya dan hidrogen.