REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Yordania akan menjadi tuan rumah pertemuan antara pejabat tinggi Israel dan Palestina dalam upaya menghentikan lonjakan kekerasan mematikan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Lonjakan kekerasan ini memicu kekhawatiran eskalasi yang lebih luas.
Pertemuan pada Ahad (26/2/2023) waktu setempat akan diadakan di Kota pelabuhan Laut Merah Aqaba, serta akan dihadiri oleh perwakilan dari Amerika Serikat dan Mesir. Seorang pejabat pemerintah Yordania, mengatakan, pertemuan politik-keamanan pada Ahad adalah bagian dari peningkatan upaya berkelanjutan oleh Yordania dalam koordinasi dengan Otoritas Palestina dan pihak lain untuk mengakhiri tindakan sepihak Israel, termasuk gangguan keamanan yang dapat memicu lebih banyak kekerasan.
"Pembicaraan itu bertujuan untuk menyepakati langkah-langkah keamanan dan ekonomi untuk meringankan kesulitan rakyat Palestina,” kata pejabat Yordania yang meminta namanya dirahasiakan, dilaporkan Aljazirah, Ahad (26/2/2023).
Kantor berita Reuters mengutip seorang pejabat Yordania mengatakan, pertemuan seperti itu tidak pernah terjadi selama bertahun-tahun. Pertemuan ini merupakan pencapaian besar untuk menyatukan kedua pihak yang bertikai.
Awal bulan ini, Raja Yordania, Abdullah II bertemu dengan Presiden AS Joe Biden dan mengadakan pembicaraan dengan utusan Timur Tengah AS Brett McGurk. Dalam pembicaraan itu, Abullah memperingatkan ancaman terhadap keamanan regional dan melobi untuk dimulainya kembali pembicaraan tentang pembentukan negara Palestina.
Pada Januari Raja Abdullah II juga bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Ibu Kota Yordania, Amman. Pada saat itu, Abdullah menekankan perlunya menjaga ketenangan dan menghentikan semua tindakan kekerasan. Abdullah juga menegaskan kembali posisi Yordania dalam mendukung solusi dua negara antara Israel dan Palestina untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung puluhan tahun.
Yordania prihatin dengan peningkatan pembangunan pemukiman Yahudi. Yordania menuduh Israel mencoba mengubah status quo di tempat-tempat suci Yerusalem. Namun Israel membantah tuduhan itu.
Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah 1967. Ini adalah wilayah yang diinginkan Palestina untuk membentuk sebuah negara merdeka.
Pembicaraan solusi dua negara antara Israel dan Palestina telah terhenti selama hampir satu dekade.
Pada Rabu (22/2/2023) Israel melakukan serangan di Kota Nablus, di wilayah pendudukan Tepi Barat yang menewaskan 11 warga Palestina. Korban tewas dalam serangan pada Rabu itu merupakan yang tertinggi sejak Intifada kedua pada 2000-2005.
Kekerasan yang meningkat telah menewaskan 62 orang dewasa dan anak-anak Palestina sejak awal tahun ini. Sepuluh orang Israel dan seorang turis Ukraina tewas dalam periode yang sama. Sementara itu PBB mengatakan, sepanjang 2022 adalah periode paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak 2006. Pasukan Israel membunuh 171 warga Palestina, termasuk 30 anak-anak pada periode itu.