REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pejabat kesehatan Inggris sedang mempersiapkan rencana untuk menyebarkan tes aliran lateral atau tes swab jika muncul tanda-tanda bahwa flu burung telah mulai menyebar dari satu orang ke orang lain. Program ini akan memberikan informasi yang cepat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga akan memanfaatkan tes darah untuk mendeteksi antibodi terhadap virus. Pejabat akan menganalisis mutasi genetik penyakit untuk mengungkapkan data tentang peningkatan risiko kesehatan manusia dari flu burung.
Langkah tersebut mengikuti berita minggu lalu, seorang gadis berusia 11 tahun di Kamboja telah meninggal karena H5N1. Jenis flu burung ini menyebar ke seluruh dunia dengan burung yang bermigrasi dan menginfeksi peternakan unggas.
Penyelidik sekarang mencoba untuk menentukan apakah unggas yang terinfeksi adalah penyebab kasus Kamboja, bukan penularan dari manusia ke manusia. Saat ini, bukti menunjukkan bahwa virus H5N1 tidak mudah menular ke manusia meskipun para ilmuwan telah mendesak perhatian dan kehati-hatian.
“Virus terus berevolusi, dan kami tetap waspada terhadap bukti perubahan risiko terhadap populasi,” kata Direktur insiden flu burung di UKHSA Dr Meera Chand dikutip dari The Guardian.
Profesor Ian Brown dari Badan Kesehatan Hewan dan Tumbuhan (APHA) juga mendukung tindakan waspada tersebut. “Ada lebih dari 850 kasus pada manusia di seluruh dunia sejak tahun 1996 dengan tingkat fatalitas kasus yang tinggi," ujarnya.
“Hampir semua kasus hingga saat ini belum mengakibatkan penularan dari manusia ke manusia tetapi kewaspadaan diperlukan," kata Brown.
Para ilmuwan juga memperingatkan minggu lalu, meskipun risiko infeksi langsung rendah, orang harus menghindari kontak dengan burung liar yang sakit atau mati di tempat umum seperti taman atau saluran air. Mereka harus mencuci tangan setelah memberi makan burung liar.
Pekan lalu, UKHSA mengonfirmasi telah menemukan kasus flu burung pada unggas di 145 lokasi dan di 656 unggas liar di Inggris. Jumlah ini merupakan peningkatan 15 lokasi baru dan 209 deteksi pada unggas liar sejak Desember 2022.
Selain itu, 14 dari 134 mamalia liar yang dikumpulkan sejak Oktober 2021 ditemukan mengidap flu burung. Sebanyak empat pada rubah di Inggris dan satu di Wales. Sedangkan Skotlandia, ada empat kasus pada berang-berang, empat pada anjing laut, dan satu pada rubah.
"Virus ini terus muncul di berbagai mamalia dan ini dapat meningkatkan kemungkinan infeksi lebih lanjut pada manusia,” kata Profesor Jonathan Ball dari Universitas Nottingham.
“Risiko terhadap manusia masih sangat rendah, tetapi penting bagi kami untuk terus memantau peredaran flu pada populasi burung dan mamalia," ujarnya.
Pandemi flu manusia Spanyol pada 1918 diyakini dipicu oleh keberhasilan penularan virus flu burung ke manusia. Pada peristiwa ini sekitar 50 juta orang meninggal dunia.
“Strain awal kemudian beradaptasi dan menjadi endemik pada populasi manusia, menimbulkan virus flu musiman,” kata Direktur Pusat Penelitian Virus Glasgow University Profesor Massimo Palmarini
“Inilah mengapa penting untuk mendeteksi kasus flu burung pada manusia secepat mungkin dan memastikan bahwa kita memberikan kesempatan sesedikit mungkin kepada virus untuk ditularkan lebih lanjut dan bermutasi," katanya.