REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin mengatakan rencana perdamaian yang diusulkan Cina untuk perang di Ukraina harus dianalisa dengan detail. Proposal itu mendesak kedua belah pihak menurunkan eskalasi secara bertahap dan memperingatkan penggunaan senjata nuklir.
Tidak lama setelah Rusia menggelar serangan penuh ke negara tetangganya, Cina mendeklarasikan kerja sama "tanpa batas" dengan Moskow. Pada Jumat (24/2/2023) lalu Cina mendesak gencatan senjata komprehensif dan mengumumkan rencana perdamaiannya sendiri untuk konflik di Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan setiap inisiatif yang mungkin membawa perdamaian semakin dekat patut mendapat perhatian.
"Kami memberikan perhatian yang besar pada rencana teman Cina kami, tentu, detailnya harus dianalisa dengan cermat dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak, ini merupakan proses yang sangat panjang dan intensif," kata Peskov, Senin (27/2/2023).
Ia mengatakan Rusia akan terus melaksanakan apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina. Moskow juga belum melihat tanda-tanda resolusi damai dapat segera tercapai.
Peskov menolak memberikan komentar tentang laporan media yang mengatakan Cina mempertimbangkan mengirim drone ke Rusia. Beijing menolak mengecam invasi Rusia dalam pertemuan G20 akhir pekan lalu.