Selasa 28 Feb 2023 11:47 WIB

Kekerasan Terus Berlanjut di Tepi Barat

Dalam insiden terbaru warga Palestina melakukan penembakan di jalan dekat Jericho.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Foto file pengunjuk rasa Palestina memblokir jalan utama dengan membakar ban di kota Tepi Barat 0f Jericho, Senin, 6 Februari 2023. Kekerasan terus berlanjut di Tepi Barat.
Foto: Foto AP/Nasser Nasser
Foto file pengunjuk rasa Palestina memblokir jalan utama dengan membakar ban di kota Tepi Barat 0f Jericho, Senin, 6 Februari 2023. Kekerasan terus berlanjut di Tepi Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, HAWARA -- Orang-orang Palestina yang diduga bersenjata membunuh seorang pengendara berkebangsaan Israel-Amerika di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Senin (27/2/2023). Serangan ini usai pemukim Yahudi mengamuk di sebuah desa Palestina dalam ledakan kekerasan usai perjanjian kerja sama keamanan.

Para pejabat Israel mengatakan, dalam insiden terbaru warga Palestina melakukan beberapa penembakan di jalan raya dekat Jericho. Tembakan itu menewaskan seorang warga Israel di dalam mobilnya sebelum melarikan diri. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan orang yang tewas itu juga warga negara AS. Belum ada klaim tanggung jawab segera atas serangan tersebut.

Baca Juga

Tapi Hamas mengatakan melalui juru bicaranya Abdel-Latif Al-Qanoua, bahwa serangan terbaru itu merupakan respon alami terhadap serangan Israel. "Kejahatan yang dilakukan oleh pendudukan dan kawanan pemukim tidak akan ditanggapi kecuali dengan penikaman, penembakan, dan serudukan mobil," katanya.

Israel memperkuat garnisunnya di Tepi Barat setelah dua bersaudara dari pemukiman Yahudi ditembak mati pada akhir pekan. Peristiwa ini memicu amukan oleh pemukim seorang warga Palestina terbunuh, sejumlah orang terluka, dan puluhan mobil serta rumah dibakar.

Dengan bulan suci Ramadhan dan festival Paskah Yahudi beberapa minggu lagi, mediator asing berusaha meredam ketegangan yang melonjak. Pada akhir pekan, Yordania menjadi tuan rumah pertemuan langka dengan pejabat Israel dan Palestina berjanji akan memperlambat pengumuman pemukiman Yahudi dan menegaskan kembali perjanjian damai di masa lalu. Kesepakatan ini juga didorong oleh Mesir dan AS.

Tapi, kesepakatan tersebut seperti tidak ada artinya dengan kekerasan yang terus meningkat. Peristiwa itu meragukan kemampuan Benyamin Netanyahu untuk berjalan di atas tali diplomatik Washington yang mendorong kompromi yang langgeng dengan kabinetnya sendiri yang mencakup pemukim garis keras dengan menuntut tindakan keras terhadap serangan Palestina.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengutuk serangan oleh kedua belah pihak. Dia  menyambut baik pernyataan Netanyahu yang menyerukan penghentian kekerasan main hakim sendiri oleh para pemukim.

"Kami berharap pemerintah Israel memastikan akuntabilitas penuh dan tuntutan hukum bagi mereka yang bertanggung jawab atas serangan-serangan ini, selain kompensasi atas rumah dan harta benda yang hilang," kata Price.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement