REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina meminta agar asal-usul pandemi Covid-19 tidak lagi dikaitkan dengan dugaan kebocoran laboratorium di Wuhan. Hal itu disampaikan setelah Departemen Energi AS mengungkapkan bahwa mereka memiliki bukti baru yang menunjukkan bahwa Covid-19 kemungkinan besar muncul akibat kebocoran lab di Negeri Tirai Bambu.
“Pihak-pihak tertentu harus berhenti mengungkit kembali narasi “kebocoran lab”, berhenti mencoreng Cina, dan berhenti mempolitisasi penelusuran asal-usul (pandemi),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Mao Ning, Senin (27/2/2023), dikutip laman resmi Kemenlu Cina.
Dia menekankan, penelusuran asal-usul virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 adalah tentang sains dan tidak boleh dipolitisasi. Mao menegaskan, Cina selalu mendukung dan berpartisipasi dalam penelusuran cikal bakal Covid-19 berbasis sains global.
“’Pandemi berasal dari laboratorium dianggap sangat tidak mungkin’ adalah kesimpulan otoritatif berbasis sains yang dicapai oleh para ahli dari misi bersama WHO-Cina setelah kunjungan lapangan ke laboratorium di Wuhan serta komunikasi mendalam dengan para peneliti. Itu tercatat secara akurat dalam laporan misi dan telah mendapat pengakuan luas dari komunitas internasional,” kata Mao.
Pada Ahad (26/2/2023), The Wall Street Journal melaporkan, Departemen Energi AS memiliki kesimpulan bahwa pandemi kemungkinan besar muncul akibat adanya kebocoran laboratorium di Cina. Menurut The Wall Street Journal, empat lembaga AS lainnya, bersama dengan panel intelijen AS, masih menilai bahwa Covid-19 kemungkinan besar merupakan penularan alami.
Departemen Energi AS tidak menanggapi permintaan komentar lebih jauh. Pada Ahad lalu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, ada berbagai pandangan dalam komunitas intelijen di negaranya tentang bagaimana asal-usul pandemi Covid-19. “Beberapa dari mereka mengatakan, mereka tidak memiliki informasi yang cukup,” ucapnya.
Saat ini pandemi Covid-19 telah terkontrol. Perekonomian dan perdagangan global sudah kembali bergeliat. Kendati demikian akhir Januari lalu WHO menyatakan bahwa Covid-19 tetap menjadi darurat internasional.