Kamis 02 Mar 2023 23:55 WIB

Menlu Retno Serukan G20 Jadi Garda Terdepan Bantuan Kemanusiaan

Kemakmuran dan kemaslahatan manusia harus terus menjadi fokus G20

 Foto handout yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri India menunjukkan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (kiri) menghadiri pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di New Delhi, India, Kamis (2/3/2023). Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 berlangsung di New Delhi di bawah kepresidenan India.
Foto: EPA-EFE/INDIAN MINISTRY OF EXTERNAL AFFAIRS
Foto handout yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri India menunjukkan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (kiri) menghadiri pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di New Delhi, India, Kamis (2/3/2023). Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 berlangsung di New Delhi di bawah kepresidenan India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyerukan anggota G20, baik secara individual maupun kolektif, untuk selalu menjadi garda terdepan dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada yang membutuhkan.

"Kemakmuran dan kemaslahatan manusia harus terus menjadi fokus G20," kata Retno dalam pertemuan para menlu (FMM) G20 di New Delhi, India, pada Kamis, seperti disampaikan Kemlu RI dalam keterangannya.

Pada sesi kedua FMM yang mengangkat tema 'Perang Melawan Terorisme, Pemetaan Keterampilan Global, Bantuan Kemanusiaan, dan Penanganan Bencana' Menlu RI membahas dua isu terkait masalah kemanusiaan dan penanganan bencana.

Tentang isu kemanusiaan, dia menyampaikan bahwa perang dan konflik, seperti yang terjadi di Myanmar, Afghanistan, Palestina, dan Ukraina, selalu membawa kesengsaraan bagi umat manusia.

Terkait kemanusiaan, Retno mengingatkan bahwa sebagian negara telah abai dan mengadopsi standar ganda terhadap masalah kemanusiaan di Palestina."Pada saat pembukaan Pertemuan Dewan HAM di Jenewa beberapa hari lalu, tidak ada satu pun pembicara menyinggung masalah Palestina. Ketidakadilan ini harus segera diakhiri," kata dia.

Retno juga menegaskan pentingnya memperkuat aspek pencegahan dan kesiapsiagaan dalam penanganan bencana guna menyelamatkan nyawa manusia dan ekonomi suatu negara."Sebagai negara rentan bencana, Indonesia memahami betul pentingnya pencegahan dan kesiapsiagaan. Kami telah mengakumulasi pengetahuan dan pengalaman terkait ini dan siap berbagai dengan seluruh dunia," ujar tutur dia.

Investasi di bidang sains, teknologi, dan inovasi pun dinilai penting, demikian pula dengan pendekatan komprehensif yang melibatkan pemangku kepentingan secara luas.

Presidensi G20 Indonesia tahun lalu telah mengambil inisiatif dengan meluncurkan Pandemic Fund. Menurut Retno, praktik tersebut dapat diperluas ke area kerja sama yang lain.

Retno juga mendorong ketahanan yang lebih kuat agar dapat menghadapi guncangan eksternal (external shock).

Dikatakannya, G20 harus mencari cara untuk membantu negara-negara memperluas proteksi sosial, menjaga stabilitas ekonomi, dan memperkuat upaya mengatasi perubahan iklim.

G20 juga harus mendorong implementasi komitmen internasional di bidang pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim, termasuk Agenda 2030, Perjanjian Paris, dan Kerangka Kerja Sendai.

"Di kawasan, keketuaan Indonesia di ASEAN akan memperkuat mekanisme kawasan untuk menghadapi kondisi darurat di masa depan, terutama di bidang kesehatan, ketahanan pangan dan energi, serta stabilitas ekonomi," kata Retno.

Pertemuan FMM G20 di bawah presidensi India terdiri dari dua sesi: pertama dengan topik "Memperkuat Multilateralisme, Keamanan Pangan dan Energi, dan Kerja Sama Pembangunan", dan kedua dengan topik "Perang Melawan Terorisme, Pemetaan Keterampilan Global, Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement