Jumat 03 Mar 2023 06:04 WIB

Menlu AS-Rusia Saling Menyalahkan dalam Pertemuan Mendadak

Menlu AS meminta Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Kombinasi foto ini menunjukkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, (kiri) masing-masing menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20, di New Delhi, India, Kamis (2/3/2023).
Foto: Olivier Douliery/Pool Photo via AP
Kombinasi foto ini menunjukkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, (kiri) masing-masing menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20, di New Delhi, India, Kamis (2/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melakukan pembicaraan tatap muka dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis (2/3/2023). Para menteri saling menyalahkan atas konflik yang terjadi di Ukraina.

Menurut laporan seorang pejabat senior AS, Blinken mengatakan kepada Lavrov untuk mengakhiri perang dan mendesak Moskow untuk membatalkan penangguhan perjanjian nuklir New START. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, Lavrov dan Blinken berbicara selama kurang dari 10 menit di akhir sesi tertutup dan tidak terlibat dalam negosiasi apa pun.

Baca Juga

Blinken kemudian mengatakan dalam konferensi pers, bahwa dia telah memberi tahu Lavrov untuk terlibat dalam diplomasi selama pertemuan yang tidak dijadwalkan itu. “Saya memberi tahu menteri luar negeri bahwa apa pun yang terjadi di dunia atau dalam hubungan kita, AS akan selalu siap untuk terlibat dan bertindak dalam pengendalian senjata strategis, seperti yang dilakukan AS dan Uni Soviet bahkan di puncak Perang Dingin," ujar menteri AS itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, negara itu tidak mengharapkan dialog formal tingkat senior lebih lanjut dengan Rusia dalam waktu dekat. Washington pun tidak percaya pertemuan singkat Blinken dan Lavrov akan mengubah sikap Moskow.

"Kita harus terus meminta Rusia untuk mengakhiri perang agresinya dan menarik diri dari Ukraina demi perdamaian internasional dan stabilitas ekonomi," kata Blinken dalam sambutannya yang dirilis setelah pidatonya pada pertemuan tertutup itu.

Sebelum pertemuan para menteri luar negeri, AS dan sekutu Eropa mendesak negara-negara G20 untuk terus menekan Rusia agar mengakhiri konflik yang kini memasuki tahun keduanya. Rusia membalas dengan menyatakan, Barat mengubah agenda G20 menjadi lelucon dan delegasi Barat ingin mengalihkan tanggung jawab atas kegagalannya ke Rusia.

Lavrov menyalahkan Barat atas krisis politik dan ekonomi global. "Sejumlah delegasi Barat mengubah agenda G20 menjadi lelucon, ingin mengalihkan tanggung jawab atas kegagalan ekonomi mereka ke Federasi Rusia," kata menteri Rusia itu.

Menteri luar negeri ini mengatakan, Barat telah menciptakan hambatan untuk ekspor produk pertanian Rusia. Menurut lapor kantor berita resmi Rusia RIA Novosti, dia menuduh Barat mengubur tanpa rasa malu inisiatif biji-bijian Laut Hitam yang memfasilitasi ekspor produk pertanian Ukraina dari pelabuhan selatannya.

Tapi sikap Blinken didukung oleh rekan-rekannya dari Jerman, Prancis, dan Belanda. "Sayangnya, satu anggota G20 menghalangi 19 anggota lainnya untuk memfokuskan semua upaya mereka pada isu-isu yang menjadi tujuan G20 dibuat," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dalam pertemuan tersebut.

Baerbock juga berbicara kepada Lavrov dengan mendesak Istana Kremlin untuk kembali menerapkan penuh perjanjian senjata nuklir New START. Dia meminta agar melanjutkan dialog dengan AS.

Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu mengumumkan keputusan untuk menangguhkan partisipasi dalam perjanjian New START. Dia menuduh Barat terlibat langsung dalam upaya menyerang pangkalan udara strategisnya.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov berbicara pada konferensi PBB di Jenewa mengatakan, AS telah berusaha menyelidiki keamanan fasilitas strategis Rusia yang dinyatakan di bawah Perjanjian New START. Tindakan ini dinilai  membantu rezim Ukraina dalam melakukan serangan bersenjata terhadapnya.

Pentagon kemudian mengatakan tuduhan tersebut omong kosong. Washington mengklaim hanya memberikan informasi intelijen kepada Kiev untuk target di dalam Moskow.

G20 mencakup negara-negara G7 yang kaya serta Indonesia, Rusia, Cina, India, Brasil, Australia, dan Arab Saudi, di antara negara-negara lain dengan ekonomi utama. India telah memegang kepresidenan blok tersebut tahun ini dengan telah berusaha untuk menyoroti dampak ekonomi dari perang serta isu-isu seperti perubahan iklim dan utang negara-negara miskin.

India telah menolak untuk menyalahkan Rusia atas perang tersebut dan telah mencari solusi diplomatik sambil meningkatkan pembelian minyak Rusia. "Ada perbedaan dalam masalah Ukraina yang tidak dapat kami rujuk antara berbagai pihak yang memiliki posisi berbeda," kata Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement