REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengatakan setiap langkah menembak jatuh rudal uji mereka akan dianggap sebagai deklarasi perang. Kantor berita Korut, KCNA melaporkan Pyongyang juga mengatakan memanasnya ketegangan di kawasan disebabkan latihan gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korsel.
Adik Pemimpin Korut Kim Jong-un, Kim Yo Jung memperingatkan Korut akan menganggap aksi militer AS terhadap uji coba senjata strategis Korut sebagai deklarasi perang. Ia juga mengisyaratkan Korut dapat menembakan lebih dari lima rudal ke Samudera Pasifik.
AS dan sekutu-sekutunya tidak pernah menembak jatuh rudal balistik Korut yang dilarang resolusi Dewan Keamanan PBB. Tapi hal itu menarik banyak perhatian sejak Korut mengindikasi akan menembakan lebih banyak rudal ke atas Jepang.
"Samudera Pasifik bukan milik dominasi AS atau Jepang," kata Kim Yo Jung, Senin (6/3/2023).
Pengamat mengatakan bila Korut menindaklanjuti ancamannya mengubah Samudera Pasifik sebagai target tembak maka akan memungkinkan negara terisolasi dan bersenjata nuklir itu meningkatkan kemampuan teknis selain menandakan tekad militernya.
Dalam pernyataan terpisah Kepala Seksi Berita Asing Kementerian Luar Negeri Korut menuduh AS memperburuk situasi dengan mengikutsertakan pesawat bomber B-52 dalam latihan udara dan rencana latihan lapangan AS-Korsel.
AS mengerahkan pesawat bomber B-52 dalam latihan gabungan dengan pesawat tempur Korsel. Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan langkah itu untuk menunjukkan kekuatan pada ancaman nuklir dan rudal Korut.
AS dan Korsel akan menggelar latihan militer skala besar yang dinamakan Freedom Shield mulai pekan depan.
Amerika Serikat menempatkan 28.500 pasukannya di Korsel sebagai warisan Perang Korea 1950-1953. Perang itu berakhir dengan gencatan senjata bukan perjanjian damai, sehingga secara teknis dua negara Korea masih berperang.