REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Pada 8 Maret 1957, Mesir membuka lalu lintas internasional di Terusan Suez setelah penarikan Israel di wilayah pendudukan Mesir. Kanal tersebut kala itu masih penuh dengan puing-puing akibat krisis Suez sehingga membutuhkan waktu lama untuk membersihkannya.
Dilansir laman History, Rabu (8/3/2023), Terusan Suez adalah laut yang menghubungkan Mediterania dan Laut Merah melintasi Mesir. Jalur air tersebut diselesaikan oleh insinyur Perancis pada 1869.
Selama 88 tahun berikutnya, Terusan Suez tetap berada di bawah kendali Inggris dan Perancis sebagian besarnya. Sedangkan Eropa bergantung padanya sebagai rute pengiriman minyak yang murah dari Timur Tengah.
Pada Juli 1956, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi kanal tersebut. Pemerintah Mesir kala itu berharap untuk mengenakan biaya tol yang akan membayar pembangunan bendungan besar di Sungai Nil.
Sebagai tanggapan, Israel menginvasi pada akhir Oktober, dan pasukan Inggris dan Prancis mendarat pada awal November, menduduki kanal dan wilayah Suez lainnya. Di bawah tekanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Inggris dan Prancis mundur pada Desember dan pasukan Israel mulai berangkat pada Maret 1957. Bulan itu, Mesir mengambil alih kendali kanal dan membukanya kembali untuk pengiriman komersial.
Sepuluh tahun kemudian, Mesir menutup terusan itu lagi setelah Perang Enam Hari dan pendudukan Israel di semenanjung Sinai. Jalur internasional lalu tetap ditutup selama delapan tahun dan berakhir ketika Presiden Mesir Anwar el-Sadat membukanya kembali pada tahun 1975 setelah pembicaraan damai dengan Israel.