Kamis 09 Mar 2023 17:35 WIB

Turis Rusia dan Ukraina Hidup Berdampingan di Bali

Sejak perang rata-rata, orang Rusia menetap selama lebih dari 90 hari di Bali.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah turis asing mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm di Jalan Sunset Road, Kuta, Badung, Bali, Selasa (28/2/2023). Beberapa waktu terakhir,  warganet ramai membahas oknum turis asing yang berulah dan berkelakuan buruk di Bali.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Sejumlah turis asing mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm di Jalan Sunset Road, Kuta, Badung, Bali, Selasa (28/2/2023). Beberapa waktu terakhir, warganet ramai membahas oknum turis asing yang berulah dan berkelakuan buruk di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sejak invasi Rusia di Ukraina dimulai, Parq Ubud menjadi surga bagi orang Rusia dan Ukraina di Pulau Bali, Indonesia. Parq Ubud yang merupakan kompleks luas dengan fasilitas apartemen, restoran, co-working space, dan lainnya menjadi tempat interaksi bagi turis Rusia dan Ukraina.

Seorang turis Rusia, Polina Ptushkina (21 tahun) tiba di Bali pada Maret 2022 setelah menghabiskan beberapa pekan di Dubai. Dia desainer berusia 21 tahun untuk start-up cryptocurrency. Ptushkina mengatakan, dia ikut berpartisipasi dalam aksi protes di jalan-jalan Moskow pada awal invasi.  

Baca Juga

“Saya pikir ini tidak nyaman, karena Anda merasa malu dengan apa yang terjadi,” kata Ptushkina, dilaporkan New York Times, 15 Januari 2023.

Ptushkina menceritakan percakapan canggung dengan seorang wanita Ukraina yang sedang duduk di sebelahnya di co-working space, Parq Ubud. Wanita itu bertanya kepada Ptushkina dan rekan-rekannya apakah mereka orang Ukraina. “Maaf, kami dari Moskow,” jawab Ptushkina.

Wanita itu kemudian bertanya kepada Ptushkina apa yang membuatnya menyesal dari perang tersebut. Keduanya saling bertukar cerita, dan kini mereka berteman.

Sementara beberapa pria Rusia berusia 30-an mengatakan, mereka pergi ke Bali untuk menghindari wajib militer. Sejumlah turis Rusia yang ada di Bali menentang perang, tetapi mereka juga berhati-hati dalam membahas kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Bagi beberapa orang Ukraina yang ada di Parq Ubud, melihat orang Rusia di sekitar adalah pengingat yang menyakitkan tentang apa yang terjadi di kampung halaman. “Kami tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan orang Rusia. Ini sangat sulit bagi kami," kata kepala eksekutif perusahaan perjalanan online, Paulo Tarasyuk.

Menurut Tarasyuk, tidak perlu membicarakan perang dengan orang Rusia, karena mereka memiliki informasi mereka dan orang Ukraina juga memiliki informasi kami sendiri. Pada musim semi tahun lalu, dia membantu 10 orang Ukraina pindah ke Bali. Tarasyuk mengatakan, dia masih menerima permintaan bantuan dari orang-orang di Ukraina

Salah satu karyawan baru Tarasyuk adalah Ihor Popov (24 tahun) yang berasal dari Odesa. Popov sekarang bekerja sebagai asisten Tarasyuk dan menyambut pendatang baru dari Ukraina di bandara utama Bali.

"Ada perbedaan budaya yang sangat besar antara Ukraina dan Indonesia. Ini adalah alam semesta yang benar-benar baru bagi kebanyakan orang, terutama jika Anda belum pernah bepergian," ujar Popov.

Salah satu pendiri Parq Ubud, William Wiebe yang berasal dari Amerika Serikat mengatakan, dia dan investor lainnya tidak pernah menyangka bahwa apartemen yang mereka bangun akan dibanjiri turis Rusia dan Ukraina. Mereka berpikir, akomodasi tersebut akan lebih banyak digunakan oleh turis Cina dan Australia.

Wiebe mengatakan, ada dua gelombang kedatangan pascaperang Rusia dan Ukraina, yaitu tepat setelah perang dimulai, dan setelah mobilisasi wajib militer Rusia. Wiebe harus menyiapkan lebih banyak apartemen bagi orang Rusia dan Ukraina. Sekarang, mereka memiliki daftar tunggu sekitar 300 orang. “Dalam beberapa hari perang, kami kebanjiran tamu,” kata Wiebe.

Manajer penjualan real estat Parq, Kristina Kuchinskaia, menyatakan, sekitar 90 persen orang yang tinggal di Parq Ubud adalah orang Rusia dan Ukraina. Banyak orang Rusia dan Ukraina mengatakan, Bali mungkin adakah tempat persinggahan sebelum mereka memutuskan pergi ke tempat selanjutnya. Sejak perang rata-rata, orang Rusia menetap selama lebih dari 90 hari di Bali, dibandingkan dengan satu hingga dua minggu sebelum perang.

Alex Man (29 tahun) yang merupakan seorang investor dari Kharkiv di Ukraina, melarikan diri ke Bali bersama ketiga anaknya yang berusia 7 tahun, 5 tahun, dan 2 tahun. Dia mengatakan, anak-anaknya yang berusia sekolah baru-baru ini bertengkar dengan teman sekelasnya yang berasal dari Rusia mengenai perang.

Man biasa berbicara bahasa Rusia sepanjang waktu dengan keluarga besarnya. Tetapi setelah perang dia beralih menggunakan bahasa Ukraina.  Musim panas ini, dia mengirim anak-anaknya ke perkemahan musim panas berbahasa Ukraina di Bali. Man mengatakan, dia menyumbangkan uang dan menggalang dana untuk organisasi sukarelawan di Ukraina.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement