REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pemerintahnya akan menilai dampak bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) pada perusahaan-perusahaan Israel dan menentukan apakah perlu membantu mereka atau tidak. Industri teknologi Israel berkembang pesat.
Media setempat melaporkan, ratusan perusahaan Israel dapat terdampak bangkrutnya SVB. Koran bisnis Israel, Globes melaporkan, SVB dianggap sebagai 'lembaga pendanaan terbesar perusahaan-perusahaan Israel' dan kebangkrutannya seperti 'menutup pipa oksigen' bagi sektor industri teknologi.
SVB merupakan bank terbesar AS ke-16 yang sebagian besar nasabahnya pegawai sektor teknologi dan perusahaan-perusahaan yang didanai venture capital. SVB bank terbesar AS yang bankrut setelah bank Washington Mutual tahun 2008.
SVB memiliki cabang di Tel Aviv. Bank tersebut belum menyebutkan berapa banyak perusahaan Israel yang berbisnis dengan mereka.
"(Pemerintah akan mempertimbangkan) apakah perlu atau tidak membantu perusahaan-perusahaan Israel pada kesulitan ini, sebagian besar dengan arus kas, karena kebangkrutan SVB," kata Netanyahu dalam rapat kabinet, Ahad (12/3/2023).
Satu hari sebelumnya Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan, ia akan membentuk tim untuk melacak masalah ini dan menilai dampak kebangkrutan SVB pada perekonomian Israel. Pengawas perbankan Israel, Yair Avidan mengatakan, Israel memantau kasus ini dan mengikuti perkembangannya.
Kegagalan SVB terjadi saat tokoh-tokoh teknologi dan ekonom Israel memperingatkan rencana pemerintah Netanyahu menekan sistem peradilan dapat menjauhkan investasi dan berdampak pada ekonomi.
Dalam dua bulan terakhir nilai mata uang Israel, shekel jatuh sejak pemerintah mengumumkan rencana itu. Sebagian karena perusahaan-perusahaan memindahkan dananya ke luar negeri karena khawatir dengan perubahan sistem peradilan.