REPUBLIKA.CO.ID., DHAKA -- Kebakaran yang menyebabkan ribuan orang Rohingya kehilangan tempat tinggal baru-baru ini di pantai tenggara Bangladesh adalah tindakan sabotase, menurut penyelidikan resmi insiden tersebut.
Kebakaran pada 5 Maret menghantam kamp 11 di Cox's Bazar, sebuah distrik perbatasan yang menampung lebih dari satu juta pengungsi Muslim Rohingya yang kabur dari penumpasan militer di Myanmar pada 2017.
"Rohingya yang kami ajak bicara telah mengklaim bahwa itu adalah sabotase yang direncanakan," kata pemimpin komisi pemerintah yang menyelidiki insiden tersebut, Abu Sufian, dalam konferensi pers pada Ahad (12/3/2023)
Para penyelidik mewawancarai 75 orang, termasuk setidaknya 50 warga Rohingya, yang mengklaim bahwa kelompok Rohingya yang bersaing membakar tenda.
Sufian mengatakan setidaknya lima tempat terbakar dalam waktu singkat, dan terjadi baku tembak serta bentrokan sehari sebelumnya untuk memperebutkan dominasi di kamp tersebut.
“Beberapa orang di kamp melarang pengungsi menyiramnya, membiarkan api membakar tempat penampungan,” lanjut dia.
Pengungsi yang berbicara dengan Anadolu juga menyebut insiden kebakaran itu sebagai sabotase dan terencana.
Mohammed Rezuwan Khan, seorang aktivis hak-hak pengungsi di kamp Cox's Bazar mengatakan kepada Anadolu bahwa "kebakaran itu disengaja yang dilakukan oleh salah satu geng."
“Geng-geng, yang disebut pejuang kemerdekaan, dari dalam Rohingya telah memanfaatkan kerentanan kami, mereka tidak ingin kami bertahan hidup dengan damai karena ada dalang dari luar negeri di belakang mereka,” tambah dia.
Insiden terbaru di mana hampir 16.000 pengungsi kehilangan tempat tinggal adalah tanda meningkatnya perang wilayah di kamp pengungsi terbesar di dunia.