Senin 20 Mar 2023 07:48 WIB

Mesir Jadi Tuan Rumah Pertemuan Pejabat Israel dan Palestina

Pertemuan untuk menenangkan gelombang kekerasan di Tepi Barat menjelang Ramadhan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Petugas polisi Palestina membawa jenazah Yazan Khaseeb (kanan) dan Sefian al-Khawaja (kiri) saat pemakaman mereka, di kota Ramallah, Tepi Barat, Sabtu (18/3/2023). Pasukan Israel menembak mati Khaseeb pada 17 Maret setelah dia diduga mencoba menusuk seorang tentara. Al-Khawaja dibunuh oleh pasukan Israel di dekat pemukiman Yahudi di desa Nilin di Tepi Barat pada tahun 2020 dan jenazahnya dikembalikan untuk dimakamkan pada hari Jumat.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Petugas polisi Palestina membawa jenazah Yazan Khaseeb (kanan) dan Sefian al-Khawaja (kiri) saat pemakaman mereka, di kota Ramallah, Tepi Barat, Sabtu (18/3/2023). Pasukan Israel menembak mati Khaseeb pada 17 Maret setelah dia diduga mencoba menusuk seorang tentara. Al-Khawaja dibunuh oleh pasukan Israel di dekat pemukiman Yahudi di desa Nilin di Tepi Barat pada tahun 2020 dan jenazahnya dikembalikan untuk dimakamkan pada hari Jumat.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir menjadi tuan rumah pertemuan pejabat Israel dan Palestina pada Ahad (19/3/2023). Pertemuan di kota resor Sharm el-Sheikh ini merupakan upaya yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Yordania untuk menenangkan gelombang kekerasan di Tepi Barat menjelang bulan suci Ramadhan.

"Pertemuan di Sharm el-Sheikh bertujuan untuk mendukung dialog antara pihak Palestina dan Israel untuk bekerja menghentikan tindakan dan eskalasi sepihak, dan memutus siklus kekerasan yang ada dan mencapai ketenangan", kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir.

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri mengatakan, pertemuan tersebut dapat memfasilitasi terciptanya iklim yang cocok untuk dimulainya kembali proses perdamaian.

Palestina bertujuan untuk mendirikan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya. Ketiga wilayah ini direbut Israel dalam perang 1967.  

Pembicaraan damai antara Israel dan Palestina telah terhenti sejak 2014. Palestina mengatakan perluasan pemukiman Yahudi telah merusak peluang pembentukan negara yang layak.

Pada tahun-tahun sebelumnya, bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina meletus di sekitar masjid Al Aqsa Yerusalem pada puncak Ramadhan. Bulan Ramadhan ahun ini bertepatan dengan Paskah Yudaisme dan Paskah Kristen.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement