Senin 20 Mar 2023 12:59 WIB

Indonesia Minta OKI Desak Taliban Cabut Kebijakan Batasi Hak Perempuan

Indonesia menegaskan dukungan terhadap hak-hak perempuan Afghanistan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Perempuan Afghanistan menenun wol untuk membuat karpet di pabrik karpet tradisional di Kabul, Afghanistan, Senin (6//32023). Setelah Taliban berkuasa di Afghanistan, banyak hak dasar perempuan telah dirampas.
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Perempuan Afghanistan menenun wol untuk membuat karpet di pabrik karpet tradisional di Kabul, Afghanistan, Senin (6//32023). Setelah Taliban berkuasa di Afghanistan, banyak hak dasar perempuan telah dirampas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-49 Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar pada 16-17 Maret lalu, Indonesia mendorong OKI agar berperan lebih besar dalam mengatasi situasi di Afghanistan. Indonesia secara khusus meminta OKI agar bisa mendesak pemerintahan Taliban untuk membatalkan kebijakan yang membatasi hak-hak perempuan.

“OKI harus berada di garda terdepan dalam mendorong pemajuan hak-hak perempuan dalam Islam,” kata Direktur Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Tri Tharyat yang mewakili Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan tersebut, seperti dikutip dalam keterangan pers Kemenlu, Senin (20/3/2023).

Baca Juga

Tri menyoroti pembatasan hak-hak perempuan Afghanistan, termasuk di bidang pendidikan, akibat kebijakan Taliban. Dia mendorong OKI agar mendesak Taliban mencabut kebijakan yang membatasi hak perempuan di sana. Tri mengingatkan, Islam sangat menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak perempuan. Kontribusi perempuan dalam dunia Islam juga sangat nyata.

Pada kesempatan itu, Tri menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berpartisipasi dalam kunjungan ulama negara-negara anggota OKI ke Afghanistan. Pada Desember tahun lalu, Indonesia menggelar 'International Conference on Afghan Women’s Education' di Bali. Konferensi itu dihelat Indonesia bekerja sama dengan Qatar.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan, setidaknya terdapat lima alasan mengapa penyelenggaraan konferensi tersebut sangat penting. Pertama, yakni memperbarui situasi terkini di Afghanistan.

Kedua, menegaskan dukungan untuk semua warga Afghanistan, tanpa terkecuali. Ketiga, menegaskan dukungan terhadap hak-hak perempuan Afghanistan.

Keempat, mengidentifikasi kesenjangan dan mengumpulkan sumber daya guna mendukung pendidikan bagi kaum perempuan di Afghanistan. Kelima untuk memutuskan peta jalan ke depan.

“Acara ini unik karena tak hanya mengumpulkan perwakilan-perwakilan pemerintah, tapi juga organisasi-organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, lembaga filantropis, dan komunitas bisnis. Secara keseluruhan terdapat 38 negara untuk organisasi internasional, sembilan organisasi non-pemerintah dan bisnis, sembilan pemimpin perempuan terkemuka dan akademisi. Ini menunjukkan kolektivitas dan persatuan kuat upaya internasional,” kata Retno dalam pengarahan pers bersama Wakil Menteri Luar Negeri Qatar Lolwah Rashid Al-Khater, 8 Desember 2022 lalu.

Retno mengungkapkan, selama konferensi berlangsung, dia menyarankan tiga hal. Pertama perlunya menciptakan situasi kondusif untuk partisipasi perempuan Afghanistan di masyarakat.

Kekondusifan itu tak hanya harus diciptakan, tapi juga dipelihara. Terkait hal itu, Retno mengatakan, salah satu upaya yang diambil Indonesia dan Qatar adalah dengan menggelar Trilateral Ulema Meeting di Doha, Juni 2022 lalu.

“Kami akan mempertahankan keterlibatan dengan ulama-ulama Afghanistan di masa mendatang. Pada saat bersamaan, kita harus mendorong kemajuan dalam pembangunan pemerintahan inklusif yang menghormati hak-hak perempuan,” ujar Retno.

Hal kedua yang diusulkan Retno dalam konferensi adalah menjamin pendidikan untuk semua warga di Afghanistan. “Ini penting bagi kita untuk inovatif dan menggunakan semua alat yang tersedia, termasuk community education and distance learning,” ucapnya.

Terakhir, Retno mengusulkan tentang menggerakkan dukungan internasional. Dia menekankan, dukungan teknis dan keuangan dari semua pihak sangat disambut. “Indonesia sudah berkomitmen 1 juta dolar AS untuk mendukung perempuan Afghanistan,” ujar Retno.

Sementara itu, Lolwah Rashid Al-Khater menyampaikan terima kasih kepada Indonesia karena telah menyambut dia dan para peserta lain yang hadir dalam International Conference on Afghan Women’s Education. Lolwah pun memuji kepemimpinan Retno Marsudi dalam konferensi tersebut.

“Terkait konferensi ini, saya pikir ini batu loncatan luar biasa yang diharapkan bisa mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi kaum perempuan Afghanistan. Sejak Agustus 2021, Qatar telah menjanjikan dana 75 juta dolar AS. Sebagian besar dana ini disalurkan untuk pendidikan. Kami berharap akan ada investasi lebih pada masa mendatang,” ucap Lolwah.

Lolwah mengungkapkan, dalam kolaborasi dengan Indonesia, Qatar sudah membahas program beasiswa yang akan didedikasikan bagi kalangan pelajar atau mahasiswa Afghanistan, tak hanya perempuan, tapi juga laki-laki. “Di sini saya perlu menekankan, peran dari organisasi non-pemerintah (asal) Indonesia sangat luar biasa. Saya berharap kita akan melihat lebih seperti itu di Qatar dan juga negara-negara lain,” ucapnya.

Menurut Lolwah, program beasiswa juga menjadi salah satu poin penting yang dibahas dalam konferensi. Dia berharap, selain Indonesia dan Qatar, negara-negara lain dapat menyediakan program semacam itu untuk para pelajar Afghanistan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement