REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (21/3/2023) sepenuhnya memulihkan pakta berbagi informasi intelijen militernya dengan Tokyo, kata Kementerian Luar Negeri Korsel. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mencairkan hubungan yang telah lama meregang setelah pertemuan bilateral baru-baru ini.
Korsel juga telah mengirim surat resmi ke Jepang melalui saluran diplomatik yang menginformasikan keputusannya untuk sepenuhnya memulihkan Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer (GSOMIA) antara kedua negara bertetangga itu, kata kementerian.
Ditandatangani pada 2016, GSOMIA dipandang sebagai simbol kerja sama keamanan yang langka antara Seoul dan Tokyo sebelum mantan pemerintahan Presiden Moon Jae-in memutuskan untuk menghentikannya pada 2019 sebagai protes atas pembatasan ekspor Jepang terhadap Korsel.
Keputusan untuk menangguhkan pakta tersebut kemudian ditunda, tetapi jumlah informasi yang dibagikan antara kedua negara bertetangga itu dianggap terbatas, karena hubungan mereka tetap tegang akibat perselisihan terkait pemerintahan kolonial Jepang.
"Melalui langkah tersebut, pemerintahan kami telah menghilangkan ketidakpastian terkait kebijakan GSOMIA, mengamankan pijakan untuk memperkuat kerja sama informasi militer antara Korsel dan Jepang, serta antara Korsel, AS dan Jepang," kata kementerian tersebut.
Seorang pejabat kementerian luar negeri mengatakan langkah itu dibuat dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa kerja sama dengan Jepang dan negara-negara lain diperlukan untuk menghadapi ancaman nuklir dan rudal yang terus meningkat dari Korea Utara (Korut)."
"Kementerian pertahanan dan otoritas terkait lainnya di Korsel dan Jepang akan semakin mempercepat kerja sama yang diperlukan setiap kali Korut mengancam dengan senjata nuklir atau rudal," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada wartawan.
Pekan lalu, Presiden Yoon Suk Yeol setuju untuk sepenuhnya menormalkan GSOMIA selama pertemuan puncak dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, guna merespons ancaman nuklir dan rudal Korut dengan lebih baik.
Beberapa jam sebelum kedua pemimpin bertemu di Tokyo, Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang terbang sekitar 1.000 kilometer sebelum jatuh ke perairan lepas di Laut Timur.