REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Intelijen Inggris mengatakan, pasukan tentara bayaran Rusia Wagner Group yang bertempur di Ukraina akan mengalami eksodus personel. Wagner kemungkinan akan menghadapi masalah personel, karena tidak lagi diizinkan untuk merekrut tahanan.
Intelijen Inggris mengatakan, Rusia akan menghadapi masalah personel yang besar di Ukraina, karena ribuan narapidana yang direkrut untuk berperang akan diampuni dan dipulangkan. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, dalam beberapa minggu mendatang ribuan narapidana Rusia yang telah berjuang untuk Wagner Group kemungkinan besar akan diampuni dan dibebaskan.
Kementerian Pertahanan menggambarkannya sebagai eksodus dari barisan tentara bayaran. Wagner Group adalah grup swasta pro-Kremlin yang telah mengirim puluhan ribu tentara bayaran dan mantan tahanan ke Ukraina.
Awal perang, Wagner diberi izin untuk merekrut pasukan dari penjara Rusia, dan menawarkan pengampunan penuh dengan imbalan enam bulan masa perang. Kementerian Pertahanan mengatakan, jumlah tahanan yang akan segera diampuni cukup signifikan, karena upaya perekrutan kelompok tersebut memuncak pada musim gugur 2022.
"Bukti dari Rusia menunjukkan bahwa Wagner Group menindaklanjuti janjinya untuk membebaskan para penyintas," kata Kementerian Pertahanan Inggris, dilaporkan Business Insider, Selasa (21/3/2023).
Sekitar setengah dari tahanan yang direkrut telah tewas atau terluka dalam pertempuran. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, Wagner diperkirakan akan berjuang dengan pasukan dalam jumlah kecil karena kelompok tersebut telah dilarang merekrut lebih banyak tahanan.
"Eksodus ini akan memperburuk masalah personelnya," ujar pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.
Kementerian Pertahanan mengatakan, pasukan paramiliter telah mencoba merekrut personel di sekolah menengah Moskow. Mereka mengumpulkan rincian siswa yang tertarik untuk berperang.
Tetapi kementerian mengatakan, upaya tersebut kemungkinan tidak akan cukup untuk mengisi kekosongan yang diciptakan oleh penurunan jumlah tahanan.
"Dengan pengampunan tersebut maka akan ada masuknya pelaku kekerasan secara tiba-tiba dengan pengalaman pertempuran ke Rusia dan seringkali traumatis. Ini kemungkinan akan menghadirkan tantangan yang signifikan bagi masyarakat masa perang Rusia," ujar Kementerian Pertahanan.
Pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, secara terbuka berseteru dengan kepemimpinan militer Rusia. Dia menuduh militer menolak amunisi untuk pasukannya. Prigozhin bahkan menyebutnya sebagai upaya untuk menghancurkan Wagner.
Institute for the Study of War yang berbasis di Washington DC mengatakan, kepemimpinan militer Rusia mungkin menggunakan pertempuran brutal untuk menduduki Kota Bakhmut sebagai cara untuk melemahkan Wagner Group dan Prigozhin. Pertempuran di Bakhmut telah menjadi salah satu pertempuran paling berdarah dalam perang. Pejabat Barat memperkirakan, antara 20.000 dan 30.000 tentara Rusia telah terbunuh atau terluka. Rusia mengalami kemajuan lambat untuk merebut kota itu.