Kamis 23 Mar 2023 17:10 WIB

Terjebak dan Menganggur, Kisah Generasi Muda Gaza Mencari Hidup Lebih Baik

Sarjana Palestina kesulitan mendapat pekekerjaan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Friska Yolandha
 Tentara Israel menyaksikan seorang pekerja Palestina melintasi bagian pagar pemisah Israel yang rusak, pulang ke rumah setelah seharian bekerja di Israel, di desa Jalameh Tepi Barat, dekat Jenin, Senin, 6 September 2021. Generasi muda Palestina kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Foto:

PENGANGGURAN GAZA

Menurut perkiraan Palestina dan PBB, pengangguran kaum muda di Gaza mencapai sekitar 70 persen. Dengan angka ini telah membuat mimpi membangun masa depan para pemuda Gaza, apa pun impian mereka, sebagian besar di luar jangkauan.

Posisi Hamas hanya bisa menyalahkan situasi ekonomi yang mengerikan ini ke pasukan Israel. Dimana Israel telah melakukan blokade dan berperang berulang kali dengan Hamas sebagai penguasa wilayah Gaza, sambil mempertahankan blokade terhadap wilayah tersebut.

"Masalah kami adalah pendudukan dan bukan masalah internal," kata Ehab Al-Ghsain, wakil yang ditunjuk Hamas dari Kementerian Tenaga Kerja Gaza, kepada Reuters.

Dalam upaya meningkatkan keamanan di sepanjang perbatasan Gaza, Israel menawarkan sekitar 20 ribuan izin untuk membolehkan warga Gaza bekerja di Israel. Di Gaza, Hamas justru mengatakan solusi permanen untuk pengangguran berada di luar kemampuannya sendiri.

Pada tahun 2022, kantor Al-Ghsain menciptakan pekerjaan sementara untuk 9.000 anak muda, pekerjaan yang hanya diisi sebagian kecil pekerja, bahkan mencapai 236 ribu orang pelamar pekerjaan, katanya. Bahkan 40.000 pegawai negeri yang dipekerjakan di Gaza sejak 2007 belum menerima gaji penuh.

Di jantung Kota Gaza, Saeed Lulu, seorang sarjana media berdiri menjual minuman panas kepada orang yang lewat dan supir taksi di sebuah warung yang disebutnya "warung Lulusan Sarjana". Dia adalah satu-satunya pencari nafkah untuk keluarganya yang beranggotakan enam orang.

“Saya lulus 16 tahun yang lalu dan sejauh ini saya gagal mendapatkan pekerjaan,” katanya.

Dalam hal itu, ia sedikit berbeda dari lulusan lainnya. Maher Al-Tabbaa, seorang analis ekonomi Gaza, mengatakan kurang dari 10 persen dari sekitar 14 ribu mahasiswa yang lulus setiap tahun mendapatkan pekerjaan.

Berdiri di luar kafe Lulu, Majd Al-Jamal, 20 tahun seorang calon sarjana perguruan tinggi, bertanya-tanya apakah dia harus menyelesaikan studinya, setelah melihat tiga saudara kandungnya gagal selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pekerjaan.

"Saya tidak punya banyak antusiasme," katanya. 

"Kami sudah tahu apa yang akan terjadi," tambahnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement