REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan telah melakukan percakapan via telepon dengan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian. Seusai pembicaraan, mereka sepakat untuk segera menggelar pertemuan bilateral.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arab Saudi mengungkapkan, pada awal pembicaraan Pangeran Faisal dan Amirabdollahian saling bertukar ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadhan. Setelah itu, mereka pun membahas tentang kesepakatan rekonsiliasi yang dicapai Saudi dan Iran belum lama ini.
“Kedua menteri setuju untuk mengadakan pertemuan bilateral segera, guna membuka jalan bagi pembukaan kembali kedutaan dan konsulat antara kedua negara,” kata Kemenlu Arab Saudi dalam sebuah pernyataan, Kamis (23/3/2023), dikutip laman Al Arabiya.
Pada 10 Maret lalu, Iran dan Arab Saudi mengumumkan tentang pemulihan hubungan diplomatik antara kedua negara. Kesepakatan itu tercapai setelah perwakilan Teheran dan Riyadh menggelar pembicaraan di Beijing, Cina. Negeri Tirai Bambu bertindak sebagai mediator dalam proses tersebut.
Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, pemulihan hubungan dengan Iran menegaskan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog. “Kami di Kerajaan (Saudi) berharap membuka babak baru dengan Iran serta meningkatkan prospek kerja sama dengan cara yang berdampak positif pada penguatan keamanan dan stabilitas, serta kemajuan pembangunan dan kemakmuran, tidak hanya di kedua negara kami, tapi di wilayah secara keseluruhan,” ujar Pangeran Faisal dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Sharq Al-Awsat, dilaporkan laman Al Arabiya, 13 Maret lalu.
Meski telah menyepakati kesepakatan pemulihan hubungan, Pangeran Faisal menekankan, hal itu tidak serta merta menuntaskan semua perbedaan antara Saudi dan Iran. Terkait hal itu, dia menyinggung tentang program nuklir Iran. Menurut Pangeran Faisal, Saudi masih memiliki keprihatinan atas program nuklir negara tetangganya tersebut.
“Sehubungan dengan pengembangan kemampuan nuklir Iran yang berkelanjutan, ini tidak diragukan lagi menjadi perhatian kami, dan kami mengulangi seruan kami agar wilayah Teluk dan Timur Tengah bebas dari senjata pemusnah massal. Kami menyerukan Iran untuk berkomitmen pada kewajiban nuklirnya dan meningkatkan kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional. Kami akan terus bekerja dengan sekutu dan rekan untuk memastikan hal ini,” kata Pangeran Faisal.
Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.