REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva telah membatalkan perjalanannya ke Cina setelah terkena pneumonia. Istana kepresidenan Brasil pada Sabtu (25/3/2023) mengatakan, Lula dirawat di rumah sakit di Ibu Kota Brasilia dengan gejala mirip flu dan didiagnosis menderita bronkopneumonia bakteri dan virus akibat influenza A.
Menurut catatan medis yang ditandatangani oleh Dr Ana Helena Germoglio, kesehatan Lula telah membaik. Namun Lula disarankan untuk menunda perjalanan ke Cina sampai siklus penularan virus berakhir. Kantor pers kepresidenan kemudian mengonfirmasi bahwa perjalanan Lula ke Cina telah dibatalkan.
Pihak berwenang Cina telah menerima pemberitahuan mengenai pembatalan kunjungan Lula. Presiden Brasil itu menyampaikan keinginan untuk menjadwalkan kunjungan pada tanggal baru.
Sebelumnya Lula dijadwalkan berangkat ke Cina pada Jumat (24/3/2023) atau Sabtu (25/3/2023). Delegasi yang terdiri dari menteri, senator, anggota parlemen, dan ratusan pengusaha, termasuk lebih dari 100 pengusaha di sektor pertanian dijadwalkan menemani Lula selama kunjungan kenegaraan pertamanya ke mitra Cina.
"Pembatalan perjalanan tersebut merupakan berita buruk bagi pemerintah, karena kunjungan tersebut merupakan kesempatan bagi Lula untuk berhubungan kembali dengan elit bisnis, terutama di bidang agribisnis, yang sangat pro-Bolsonaro,” kata seorang ilmuwan politik dari lembaga think tank Yayasan Getulio Vargas, Oliver Stuenkel.
Sebelum pembatalan diumumkan, Presiden Lula dan Presiden Cina Xi Jinping dijadwalkan bertemu pada Selasa (27/3/2023) pekan depan. Perdagangan, investasi, dan perubahan iklim menjadi agenda dalam pertemuan kedua kepala negara tersebut. Selain itu, sebanyak 20 perjanjian bilateral diperkirakan akan ditandatangani.
Lula jarang menunda atau membatalkan perjalanan karena alasan kesehatan. Dia melakukan perjalanan ke Argentina pada Januari dan kunjungan ke Amerika Serikat pada Februari. Stuenkel mengatakan, pembatalan itu akan menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana Lula dapat mempertahankan aktivisme diplomatik yang sangat intens, yang terlihat dalam tiga bulan pertama masa kepresidenannya.
"Menjadwal ulang kunjungan Lula ke Cina akan menjadi tantangan karena agenda yang sangat padat dari kedua pemimpin, tapi Lula kan benar-benar berusaha mewujudkannya selama paruh pertama tahun ini karena ada kepentingan domestik dan internasional yang tinggi," ujar Stuenkel.
Sementara pakar hubungan internasional di Yayasan Getulio Vargas, Pedro Brites, mengatakan, penundaan perjalanan itu adalah kesempatan yang hilang untuk mengalihkan fokus ke isu-isu yang lebih positif bagi pemerintah.
Lula berniat untuk menormalisasi dan memperkuat hubungan dengan Cina setelah periode ketegangan yang sulit di bawah mantan presiden Brasil sayap kanan Jair Bolsonaro.
Hubungan komersial antara Cina dan Beijing berlanjut. Tetapi hubungan politik dengan Cina memburuk selama masa jabatan Bolsonaro. Hubungan kedua negara berada di titik terendah ketika putra Bolsonaro, Eduardo, pada Maret 2020 menyalahkan pandemi Covid-19 kepada Partai Komunis Cina.