Senin 27 Mar 2023 13:52 WIB

Protes Semakin Keras Usai Pemecatan Menhan Israel

Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyulut protes yang semakin meluas

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Ahad (26/3/2023). Tindakan itu memicu protes massa di kediaman Netanyahu yang akhirnya harus dibubarkan paksa.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Ahad (26/3/2023). Tindakan itu memicu protes massa di kediaman Netanyahu yang akhirnya harus dibubarkan paksa.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Ahad (26/3/2023). Tindakan itu memicu protes massa di kediaman Netanyahu yang akhirnya harus dibubarkan paksa.

Saat berita pemecatan menyebar, puluhan ribu pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera biru dan putih Israel turun ke jalan larut malam di seluruh negeri. Massa berkumpul di luar rumah Netanyahu di Yerusalem, pada satu titik melanggar penjagaan keamanan.

Baca Juga

Saat pengunjuk rasa turun ke jalan, polisi menggunakan meriam air untuk mendorong mereka pergi dari kediaman Netanyahu di Yerusalem. Sementara di Tel Aviv, ratusan ribu orang telah turun ke jalan sejak awal tahun, pengunjuk rasa menyalakan beberapa api unggun di jalan raya utama.

Protes mereda seiring berlalunya malam. Namun, akhirnya polisi dengan paksa membubarkan kerumunan yang lebih kecil yang menolak untuk pergi.

Belum jelas apakah protes itu akan mempengaruhi taktik pemerintah. Setidaknya tiga menteri Likud mengatakan secara terbuka bahwa sudah waktunya untuk mengevaluasi kembali strategi yang dijalankan.

Mereka mengaku akan mendukung penghentian undang-undang tersebut jika Netanyahu memutuskan untuk melakukannya. Ketua komite parlemen yang memutuskan undang-undang tersebut mengatakan diskusi akan dilanjutkan pada Senin.

"Keamanan negara tidak bisa menjadi kartu dalam permainan politik. Netanyahu melewati batas malam ini," kata pemimpin oposisi Yair Lapid dan Benny Gantz dalam pernyataan bersama.

Mereka meminta anggota partai Likud Netanyahu untuk tidak ikut campur dalam penghancuran keamanan nasional. Sekitar tiga bulan sejak menjabat, koalisi nasionalis-agama Netanyahu telah terjerumus ke dalam krisis karena perpecahan pahit akibat rencana perombakan peradilan.

Netanyahu membuat keputusan untuk memecat Gallant sehari setelah mantan laksamana angkatan laut memperingatkan rencana perombakan berisiko ancaman yang jelas, langsung, dan nyata terhadap keamanan negara. Dia menyerukan agar rencana itu dihentikan.

"Saat ini, demi negara kita, saya bersedia mengambil risiko apa pun dan membayar berapa pun harganya," kata Gallant dalam pidato di televisi.

Gallant menjadi anggota paling senior dari partai Likud sayap kanan Netanyahu yang mengatakan tidak akan mendukung perombakan yudisial. Dia mengatakan, protes yang mencakup kekurangan jumlah cadangan militer juga memengaruhi pasukan reguler dan merusak keamanan nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement