Selasa 28 Mar 2023 23:53 WIB

Talangan 240 Miliar Dolar AS di Tengah Pujian Proyek Infrastruktur China

Pakistan menyebut BRI berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Warga melintas di depan gedung kantor bank sentral China, Peoples Bank of China (PBoC)
Foto: AP Photo/Andy Wong
Warga melintas di depan gedung kantor bank sentral China, Peoples Bank of China (PBoC)

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG – China mengeluarkan dana talangan (bail out) 240 miliar dolar AS untuk 22 negara berkembang yang ikut belt and road initiative (BRI). Program ini terkait pembangunan infrastruktur yang ditawarkan China ke sejumlah negara. 

Menurut laporan hasil studi yang dipublikasikan Selasa (28/3/2023) dana sebesar ini dikeluarkan antara 2008 dan 2021. Laporan tersebut disusun peneliti dari Bank Dunia, Harvard Kennedy School, AidData, dan Kiel Institute for the World Economy.

Talangan yang dikeluarkan China semakin membengkak dalam beberapa tahun terakhir. Hampir 80 persennya untuk menyelamatkan pinjaman antara 2016 dan 2021 terutama negara berpendapatan menengah di antaranya Argentina, Mongolia, dan Pakistan.

Mereka juga berjuang melunasi utang yang dibelanjakan untuk membangun membangun infrastruktur BRI.

China memberikan pinjaman ratusan miliar dolar AS untuk membiayai pembangunan infrastruktur di negara berkembang. Sayangnya, sejak 2016 sejumlah proyek infarstruktur tak mulus dalam memberikan imbal balik finansial seperti yang diharapkan.

‘’Beijing berupaya keras menyelamatkan bank-bank mereka. Inilah mengapa mereka masuk risiko dalam penalangan pinjaman,’’ ungkap Carmen Reinhart, mantan kepala ekonom Bank Dunia dan salah satu penyusun laporan tersebut. 

Terungkap pula portofolio pinjaman luar negeri China ke negara yang memiliki risiko melonjak dari lima persen pada 2010 menjadi 60 persen 2022. Argentina mendapatkan pinjaman paling besar, yaitu 111,8 miliar dolar AS. Pakistan 48,5 miliar dolar AS. 

Berikutnya, Mesir dengan pinjaman 15,6 miliar dolar AS. Sembilan negara lainnya paling tidak menerima 1 miliar dolar AS. People's Bank of China (PBOC) mencatatkan dana 170 miliar dolar AS untuk penyelamatan. Termasuk di Suriname, Sri Lanka, dan Mesir. 

Sedangkan bank-bank milik pemerintah mencatatakan sebanyak 70 miliar dolar AS. ‘’Penyelamatan yang dilakukan China tak terkoordinasi,’’ ujar Brad Parks, salah satu penulis laporan serta direktur AidData, laboratorium riset di William & Mary College, AS. 

Pujian terhadap BRI

Di sisi lain, Global Times, 2 Maret 2023 melaporkan, diplomat asing di China mengapresiasi proyek BRI. Rombongan diplomat dari 110 kedubes dan organisasi internasional berbasis di Beijing saat itu mengunjungi China Communications Construction Co (CCCC).

Ini salah satu perusahaan besar China yang berpartisipasi dalam proyek BRI. Laman berita ini mengungkapkan, setelah melihat presentasi proyek-proyek dan teknologi inovasi CCCC, sejumlah diplomat itu mengangkat dua ibu jari yang berarti menyatakan sangat bagus. 

Sebagian lain menyatakan, China berkembang dengan mengesankan. CCCC di antaranya merancang dan membangun China-Malaysia Friendship Bridge dan Peljesac Bridge di Kroasia yang kemudian menjadi landmark lokal baru. 

Proyek jalur kereta Mombasa-Nairobi, menciptakan 50 ribu lowongan kerja bagi warga lokal serta menjadi nadi pembangunan ekonomi. Laiki Deepwater Port di Nigeria, Gwadar Port Pakistan, serta Kribi Deepwater Port di Kamerun menjelma mesin bagi ekonomi dan kemajuan dagang. 

Vice General Manager CCCC Chen Zhong menyatakan, selain pembangunan infrastruktur, melatih keterampilan warga lokal juga meningkatkan lapangan kerja. ‘’Ini kondusif bagi pembangunan sosial dan ekonomi. Juga mencerminkan tanggung jawab sosial perusahaan.’’

Dubes Pakistan untuk China Moin ul Haque, menyatakan BRI transformatif bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur. ‘’Ini membantu memenuhi kebutuhan energi dan generasi pekerja. BRI berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kami.’’

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement