Kamis 30 Mar 2023 17:11 WIB

Militer Ukraina: Pasukan Rusia Raih Kemajuan di Bakhmut

Pasukan Ukraina masih mempertahankan Kota Bakhmut

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Pemandangan kota Bakhmut, tempat pertempuran terberat dengan pasukan Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Rabu (15/3/2023).
Foto: AP Photo/Roman Chop
Pemandangan kota Bakhmut, tempat pertempuran terberat dengan pasukan Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Rabu (15/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Militer Ukraina mengatakan pasukan Rusia berhasil mendapatkan kemajuan di garis depan pertempuran di Kota Bakhmut. Sementara pasukan Ukraina masih mempertahankan kota itu dalam pertempuran yang sudah berlangsung berbulan-bulan.

Bakhmut dan kota-kota sekitar kawasan industri di Donetsk telah menjadi medan pertempuran selama 13 bulan invasi Rusia ke Ukraina.

"Pasukan musuh meraih keberhasilan dalam aksi mereka menggempur Kota Bahkmut," kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina dalam laporan rutin, Rabu (29/3/2023).

"Pasukan kami mempertahankan kota dan kami membalas beberapa serangan musuh," katanya.

Staf umum Ukraina mengatakan rata-rata jumlah serangan harian Rusia di garis depan turun dalam empat pekan berturut-turut sejak awal Maret dari 124 serangan pada 1 sampai 7 Maret menjadi 69 serangan dalam tujuh hari terakhir. Pada Rabu kemarin Ukraina melaporkan hanya terjadi 57 serangan.

Kantor berita Reuters melaporkan intensitas serangan Rusia di sebelah barat dan utara Bakhmut mulai menurun sejak pekan lalu. Pemerintah Rusia mengatakan pasukan mereka masih menguasai pertempuran di jalan-jalan Bahkmut. Pernyataan tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.

Sementara itu upaya mengurangi pertempuran dan tembakan di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Zaporizhzhia yang diduduki Rusia di awal invasi, gagal. Meski banyak pihak khawatir terjadi bencana nuklir.

Ketua badan nuklir PBB (IAEA) Rafael Grossi kembali mengunjungi pembangkit tenaga listrik itu. Pada wartawan Rusia, ia mengatakan terdapat "peningkatan signifikan" jumlah pasukan di kawasan tersebut.

"Jelas aktivitas militer meningkat di seluruh kawasan, sehingga pembangkit listrik tidak bisa dilindungi," katanya dalam rekaman wawancara yang didapat Reuters.

Grossi mengatakan ia mengesampingkan rencana membentuk zona keamanan di sekitar pembangkit listrik. Sehingga ia bisa mengusulkan langkah perlindungan spesifik yang dapat diterima Rusia dan Ukraina.

Pembangkit listrik itu bagian penting bagi jaringan energi Ukraina dan sebelum invasi bertanggung jawab atas 20 persen sumber energi nasional. Sejak bulan September lalu pembangkit listrik itu sudah tidak menghasilkan listrik ketika enam reaktornya berhenti beroperasi.

Sejak September lalu IAEA juga mengawasi pembangkit listrik tersebut. Ketika Grossi berkunjung ke sana di tengah kekhawatiran terjadinya insiden nuklir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement