Rabu 05 Apr 2023 00:35 WIB

Analisis: Strategi Diam Biden terhadap Trump akan Diuji

Biden menegaskan tak akan bicara tentang dakwaan Trump

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Mantan presiden Donald Trump tiba di Trump Tower di New York pada hari Senin (3/4/2023). Trump diperkirakan akan didakwa dan diadili pada hari Selasa atas tuduhan yang timbul dari pembayaran uang suap selama kampanye 2016-nya.
Foto: AP Photo/Bryan Woolston
Mantan presiden Donald Trump tiba di Trump Tower di New York pada hari Senin (3/4/2023). Trump diperkirakan akan didakwa dan diadili pada hari Selasa atas tuduhan yang timbul dari pembayaran uang suap selama kampanye 2016-nya.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketika Joe Biden ditanya pada Jumat pagi tentang dampak dakwaan Donald Trump, pendahulunya Gedung Putih dan saingan politiknya di Pemilu Amerika itu, Presiden AS ini memiliki tanggapan tegas: Tidak ada komentar

"Saya tidak akan berbicara tentang dakwaan Trump," Biden menjelaskan setelah ditekan beberapa kali oleh wartawan. Biden melanjutkan strategi yang telah diasah Gedung Putih terhadap Trump selama dua tahun, yakni diam adalah emas.

Sekarang Trump telah didakwa dalam kasus yang belum diungkap ke publik. Pejabat Gedung Putih mengindikasikan bahwa mereka berencana untuk mengikuti pedoman untuk tetap diam.

Rencana itu akan diuji di hari-hari mendatang, ketika Partai Republik berkumpul di sekitar Trump, menyerang sistem peradilan AS, dan beberapa, termasuk Perwakilan Marjorie Taylor Greene dari Georgia, membuat rencana untuk protes di Kota New York pada hari pendakwaan.

Karena sidang digelar di pengadilan Manhattan, beberapa pihak ketakutan kondisi itu bisa berubah menjadi kekerasan. Sementara Biden, adalah seorang Demokrat, yang memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2020, ia menilai tak perlu langsung menyerang Trump, cukup dengan berjanji untuk memulihkan "jiwa Amerika" setelah publik menilai, Trump telah mengacaukan pemerintahan.

Sebagai presiden, Biden mencerca sekutu dan kebijakan mantan presiden, dengan slogan "Make America Great Again" (MAGA) itu, tetapi hal itu jarang dilakukan Trump sendiri. Pakar strategi Demokrat mengatakan sikap diam yang disengaja oleh Biden dan timnya masuk akal secara politis.

"Pemerintah harus terus melakukan apa yang telah mereka lakukan selama ini, dengan fokus pada mengatur dan menangani masalah orang Amerika," kata ahli strategi Demokrat Karen Finney. "Ini adalah momen untuk meyakinkan orang Amerika dengan terus menunjukkan seperti apa kepemimpinan yang kuat, stabil, dan efektif itu."

Trump sebagai presiden secara terbuka menyebut Biden sebagai penjahat dan menyebut pengunjuk rasa sebagai "preman". Trump menghadapi penyelidikan lain terkait perannya dalam penyerbuan Capitol AS pada 6 Januari 2021 oleh para pendukungnya dan upayanya untuk membalikkan kekalahannya pada tahun 2020 dari Biden.

Gedung Putih mengatakan tidak akan mengomentari Trump karena tindakannya sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman Biden sendiri, yang telah dijanjikan oleh presiden untuk dibiarkan independen.

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menolak berkomentar pada hari Jumat tentang tindakan pencegahan apa pun yang mungkin dilakukan pemerintah federal, kecuali untuk mengatakan bahwa "kami selalu siap" bila terjadi kekerasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement