Rabu 05 Apr 2023 14:31 WIB

Moskow Jadi Tuan Rumah Pemulihan Hubungan Suriah-Turki

Rusia membantu menengahi pemulihan hubungan antara Turki dan Suriah

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Diplomat senior dari Rusia, Turki, Suriah, dan Iran menyelesaikan pembicaraan dua hari di Moskow pada Selasa (4/3/2023).
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Diplomat senior dari Rusia, Turki, Suriah, dan Iran menyelesaikan pembicaraan dua hari di Moskow pada Selasa (4/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Diplomat senior dari Rusia, Turki, Suriah, dan Iran menyelesaikan pembicaraan dua hari di Moskow pada Selasa (4/3/2023). Ini adalah bagian dari upaya Kremlin untuk membantu menengahi pemulihan hubungan antara Turki dan Suriah.

Kementerian Luar Negeri Rusia dan Turki mengatakan para diplomat membahas persiapan untuk pertemuan yang direncanakan dari menteri luar negeri empat negara.  Ankara mengatakan, diskusi itu diadakan dengan transparan. Namun mereka tidak memberikan rincian.

Pembicaraan di Moskow diadakan karena negosiasi yang dimediasi oleh PBB yang bertujuan mencapai solusi politik untuk konflik Suriah terhenti. Rusia telah melancarkan kampanye militer di Suriah sejak September 2015, bekerja sama dengan Iran untuk memungkinkan pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad melawan kelompok oposisi bersenjata dan merebut kembali kendali atas sebagian besar negara.  

Sementara sebagian besar militer Rusia sibuk berperang di Ukraina, Moskow mempertahankan pijakan militernya di Suriah dan menempatkan pesawat tempur serta pasukan di pangkalannya. Kremlin juga telah melakukan upaya gigih untuk membantu Suriah membangun kembali hubungan yang retak dengan negara-negara lain di kawasan itu, termasuk negara tetangga Turki, yang telah mendukung oposisi bersenjata terhadap Assad selama konflik 12 tahun.  

Pada Desember, Moskow menjadi tuan rumah pertemuan mendadak para menteri pertahanan Turki dan Suriah. Ini merupakan pertemuan pertama sejak pemberontakan yang berubah menjadi perang sipil Suriah dimulai pada 2011.

Menyambut para peserta pembicaraan empat arah pada Selasa, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mendesak para diplomat Suriah dan Turki untuk menunjukkan fleksibilitas dan sikap konstruktif. Termasuk meninggalkan retorika konfrontatif dan pelanggaran masa lalu.  

Lavrov menambahkan, proses normalisasi akan memakan waktu. Dia menekankan pentingnya menemukan titik temu untuk mencapai keseimbangan kepentingan dan menghindari prasyarat. Dia berjanji bahwa Moskow dan Teheran akan membantu menciptakan kondisi untuk pembicaraan lebih lanjut.

 Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Ayman Sousan, yang menghadiri pembicaraan di Moskow,  berterima kasih kepada Rusia dan Iran atas bantuan mereka dalam menghadapi terorisme. Sousan mengecam negara-negara lain yang mengambil keuntungan dari situasi konflik. Turki telah mendukung kelompok-kelompok oposisi bersenjata di Suriah yang berusaha untuk menggulingkan pemerintah Assad selama perang saudara, yang telah menewaskan hampir 500.000 orang dan menelantarkan setengah dari populasi negara itu sebelum perang.  

Turki memiliki kendali de facto atas sebagian besar wilayah barat laut Suriah. Sousan menekankan bahwa penarikan pasukan Turki dari wilayah Suriah merupakan prasyarat untuk normalisasi hubungan.

Ankara dan Damaskus sama-sama kecewa atas Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi yang didukung AS di timur laut Suriah.  Pejuang oposisi yang didukung Turki telah bentrok dengan SDF di masa lalu, dan menuduh mereka sebagai bagian dari Partai Pekerja Kurdistan atau PKK yang dilarang di Turki.  PKK selama beberapa dekade telah mengobarkan pemberontakan di Turki.

 Pemerintah Assad telah menjadikan SDF sebagai kekuatan separatis yang telah mencuri kekayaan negara sambil mengendalikan ladang minyak utama Suriah. Upaya menuju rekonsiliasi Turki-Suriah terjadi ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berada di bawah tekanan kuat di dalam negeri untuk mengirim kembali pengungsi Suriah di tengah kemerosotan ekonomi yang tajam, dan meningkatnya sentimen anti-pengungsi.

Upaya rekonsiliasi antara Suriah dan Turki menjadi agenda utama pembicaraan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Assad ketika dia mengunjungi Moskow bulan lalu. Setelah bencana gempa bumi yang melanda Suriah dan Turki pada Februari, simpati internasional tampaknya mempercepat pemulihan hubungan regional.  Beberapa telah menyerukan dialog dengan Suriah dan membawa negara itu kembali ke Liga Arab.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement