REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ikatan antara Rusia, Cina, India, dan negara-negara BRICS lainnya siap melangkah lebih jauh dengan pembentukan mata uang baru. Menurut laporan yang mengutip Wakil Ketua Duma Negara Rusia, Alexander Babakov, negara-negara BRICS sedang dalam proses menciptakan media baru untuk pembayaran.
India Times pada Selasa (4/4/2023) mengatakan, Babakov mengindikasikan bahwa mata uang baru akan diamankan dengan emas dan komoditas lain seperti unsur tanah jarang. Negara-negara BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, sedang berupaya menciptakan bentuk mata uang baru. Mereka berencana untuk mempresentasikan perkembangannya pada pertemuan puncak para pemimpin BRICS tahun ini.
Rencana pembentukan mata uang baru belum diverifikasi oleh pejabat lain dari negara-negara anggota. Klaim tersebut muncul beberapa hari sebelum Afrika Selatan mengirim pejabat senior ke Rusia untuk membahas kalibrasi ulang tatanan global dengan partai Presiden Vladimir Putin. Afrika Selatan dijadwalkan menjadi tuan rumah KTT BRICS pada Agustus tahun ini.
Menurut laporan dari kantor berita milik negara Rusia, Sputnik, mata uang baru ini dapat mengurangi ketergantungan dunia pada dolar AS dan Euro. Pekan lalu, Presiden Putin mengadopsi kebijakan luar negeri baru yang menempatkan India dan Cina di garis depan. Pengumuman itu datang beberapa hari setelah Perdana Menteri Cina Xi Jinping mengunjungi Moskow untuk memperkuat kemitraan tanpa batas.
Menurut laporan Bloomberg, mata uang yuan Cina telah menggantikan dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia. Yuan melampaui dolar dalam volume perdagangan bulanan pada Februari untuk pertama kalinya, dan perbedaannya menjadi lebih jelas pada Maret. Sebelum invasi, volume perdagangan yuan di pasar Rusia dapat diabaikan.