Kamis 06 Apr 2023 23:44 WIB

Rusia Khawatir Serangan Israel di Al Aqsa Berkembang Jadi Konfrontasi Senjata Skala Penuh

Pasukan Israel menyerang jamaah di kompleks Masjid Al Aqsa.

Muslim Palestina sholat berjamaah pada bulan suci Ramadhan di kompleks Masjid Al-Aqsa menyusul penggerebekan oleh polisi Israel di Kota Tua Yerusalem,  Rabu (5/4/2023)
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Muslim Palestina sholat berjamaah pada bulan suci Ramadhan di kompleks Masjid Al-Aqsa menyusul penggerebekan oleh polisi Israel di Kota Tua Yerusalem, Rabu (5/4/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu (5/4/2023) mengungkapkan keprihatinannya atas situasi di Masjid Al Aqsa. Insiden di Yerusalem dinilai merupakan tindakan memusuhi semua agama di dunia.

"Moskow sangat khawatir dengan eskalasi antara Palestina dan Israel, yang dapat berkembang menjadi konfrontasi bersenjata skala penuh, seperti yang telah terjadi berkali-kali di masa lalu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova di saluran Telegram kementerian.

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam sebuah pernyataan yang dirilis di situs webnya, menyatakan situasi di Yerusalem menunjukkan bahwa hanya kesepakatan-kesepakatan politik yang dapat memastikan penyelesaian berkelanjutan dari konflik yang telah berlangsung lama itu.

"Kami melihat fakta bahwa tidak ada alternatif lain untuk memulai kembali proses perdamaian antara Palestina dan Israel di bawah kerangka hukum yang disetujui oleh PBB, berdasarkan prinsip dua negara," tulis pernyataan tersebut.

Rusia mendesak agar segala tindakan sepihak yang merusak prospek penyelesaian dan penghormatan terhadap status quo tempat-tempat suci Yerusalem dapat diakhiri. Yerusalem merupakan tempat yang bebas dikunjungi oleh setiap orang dari semua agama, katanya.

Moskow juga meminta Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres untuk memperhatikan penyelesaian konflik Israel-Palestina dan melibatkan misi-misi PBB di Timur Tengah untuk melakukan analisis menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal itu dilakukan untuk menemukan alasan awal dari kekerasan yang belakangan terjadi antara Israel-Palestina.

sumber : Antara/Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement