Sabtu 08 Apr 2023 19:55 WIB

Cina Wait and See terkait Pesanan Besar Pesawat Jet Airbus ke Prancis

Airbus memasarkan versi pesawat kargo dari jet A350 ke Cina.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Friska Yolandha
Sebuah Airbus A350-900 dipamerkan di pameran Farnborough Air Show di Farnborough, Inggris, Senin, 18 Juli 2022. Cina dan Prancis akan mempelajari kebutuhan akan pesawat kargo dan jet penumpang jarak jauh
Foto: AP/Frank Augstein
Sebuah Airbus A350-900 dipamerkan di pameran Farnborough Air Show di Farnborough, Inggris, Senin, 18 Juli 2022. Cina dan Prancis akan mempelajari kebutuhan akan pesawat kargo dan jet penumpang jarak jauh "pada waktunya".

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina dan Prancis akan mempelajari kebutuhan akan pesawat kargo dan jet penumpang jarak jauh "pada waktunya". Demikian pernyataan bersama pada hari Jumat, setelah kunjungan kenegaraan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Beijing.

Komentar tersebut menunjukkan sikap yang lebih tenang terhadap prospek pesanan besar jet penumpang Airbus yang signifikan dibandingkan dengan model pesawat jarak menengah terlaris A320neo dari produsen pesawat yang sama. Walaupun, yang mana mereka telah menggandakan kapasitas produksinya di Cina.

Baca Juga

"Kedua negara pada waktunya akan mempelajari kebutuhan kargo dan penerbangan jarak jauh dari maskapai di Cina, tergantung pada pemulihan dan pengembangan pasar dan armada transportasi udara Cina," demikian pernyataan yang menutup kunjungan Macron ke Beijing, yang dilansir dari Reuters, Jumat (7/4/2023).

Pernyataan tersebut juga menyambut baik sebuah kesepakatan yang memberikan izin pengiriman untuk 150 pesawat A320neo dan 10 pesawat A350 yang telah dijual oleh Airbus ke Cina. Namun tidak ada pesanan pesawat baru yang diumumkan selama kunjungan Macron tersebut.

Airbus memasarkan versi pesawat kargo dari jet A350 dan ingin menjual lebih banyak jet penumpang berbadan lebar ke Cina. Perusahaan ini membuka pusat penyempurnaan produksi A350 di Cina pada tahun 2021.

Sementara lalu lintas domestik telah pulih kembali ke tingkat sebelum pandemi setelah karantina wilayah Covid-19 yang diperpanjang, lalu lintas internasional berada pada sekitar 30 persen dari angka di tahun 2019.

Saingannya, Boeing (BA.N), diperkirakan akan mendapatkan pesanan besar untuk pesawat berbadan lebar 787 sebelum hubungan Cina-AS memburuk, sehingga produsen pesawat tersebut membekukan sebagian pesanannya dari Cina.

Dengan permintaan internasional yang masih berada di belakang rebound penerbangan domestik, para analis mengatakan bahwa maskapai penerbangan memiliki waktu untuk menunggu hingga ada titik temu dan memastikan kompetisi yang maksimal sebelum membuat pilihan pembelian armada jarak jauh.

Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa regulator Eropa dan Cina akan mempercepat sertifikasi yang melibatkan helikopter Airbus H175, jet bisnis Dassault Aviation (AM.PA) 8X, dan turboprop Harbin Y12F.

H175 dikembangkan bersama oleh Airbus Helicopters dan konglomerat kedirgantaraan Cina AVIC dan sering digunakan untuk ambulans atau layanan polisi. Versi Cina telah disertifikasi di negara tersebut, tetapi versi yang diproduksi di Prancis belum mendapatkan persetujuan keselamatan dari pemerintah Cina yang diperlukan sebelum dapat diekspor ke Cina.

Airbus Helicopters, pembuat helikopter sipil terbesar di dunia, secara terpisah mengumumkan kesepakatan besar untuk H160 multi-misi barunya, dengan penjualan 50 unit kepada penyewa GDAT dari Cina.

Kesepakatan ini ditandatangani selama kunjungan Macron dan merupakan capaian yang terbesar sejak helikopter Airbus tersebut, diluncurkan pada tahun 2015. Helikopter Airbus ini dirancang untuk misi seperti eksplorasi minyak dan gas atau melayani ladang pembangkit listrik tenaga angin.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement