Kamis 13 Apr 2023 12:09 WIB

Polisi Israel akan Batasi Jumlah Jemaat Gereja Selama Paskah Ortodoks

Langkah ini memicu kemarahan dari para pemimpin gereja

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Polisi Israel mengawal pengunjung Yahudi yang menandai hari raya Paskah ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem selama bulan suci Ramadhan, Ahad (9/4/2023).
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Polisi Israel mengawal pengunjung Yahudi yang menandai hari raya Paskah ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem selama bulan suci Ramadhan, Ahad (9/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Polisi Israel akan membatasi jumlah jemaat di Gereja Makam Suci di Yerusalem untuk alasan keamanan selama upacara Paskah Ortodoks yang berlangsung pada Sabtu (15/4/2023) mendatang. Langkah ini memicu kemarahan dari para pemimpin gereja yang mengatakan mereka tidak akan bekerja sama dengan polisi Israel.

Polisi mengatakan, pembatasan ini bertujuan untuk memastikan keamanan bagi ribuan jemaat Kristen serta Muslim dan Yahudi yang mengadakan perayaan mereka masing-masing dalam satu waktu. Namun, keputusan ini membuat para pemimpin gereja marah. Para pemimpin gereja menilai keputusan Israel ini sebagai upaya lama untuk membatasi hak dan kebebasan komunitas Kristen setempat. Para pemimpin gereja mengatakan, mereka tidak akan bekerja sama dengan polisi Israel.

"Kami akan terus menegakkan status quo dan upacara akan diadakan seperti biasa selama dua milenium dan semua yang ingin beribadah bersama kami diundang untuk hadir," kata Patriarkat Ortodoks Yunani, Kustodi Tanah Suci dan Armenia dalam pernyataan bersama.  

Tahun-tahun sebelumnya, sebanyak 10.000 jemaat memadati Gereja Makam Suci. Sementara tahun ini polisi Israel hanya mengizinkan 1.800 jemaat gereja, dengan 1.200 lainnya ditempatkan di luar. Pos pemeriksaan tambahan di sekitar Kota Tua juga akan membatasi akses ke area sekitar gereja.

Tahun ini sensitivitas seputar perayaan keagamaan di Kota Tua sangat tinggi, mulai dari bulan suci Ramadhan, Hari Raya Paskah Yahudi, dan Paskah bertepatan pada saat ketegangan Israel-Palestina meningkat. Pada Selasa (11/4/2023), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa pengunjung Yahudi tidak akan diizinkan masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa selama 10 hari terakhir Ramadhan.

"Ketika saya melihat ke depan, Ramadhan masih merupakan periode sensitif. Kami dalam kesiapan penuh," ujar juru bicara militer Israel, Daniel Hagari.

Masalah akses ke Kota Tua bagi jamaah Kristen tidak terkait langsung dengan ketegangan antara Muslim dan Yahudi di Masjid Al-Aqsa. Tapi, itu mencerminkan keluhan dari orang-orang Kristen bahwa mereka secara sistematis dibatasi aksesnya dari Kota Tua oleh otoritas Israel. Tindakan Israel ini mengganggu pengaturan status quo yang sudah berlangsung lama di antara ketiga komunitas tersebut.

Gereja-gereja mengatakan upacara Api Kudus pada Sabtu sebelum Paskah Ortodoks telah diadakan dengan aman selama berabad-abad dengan jumlah jemaat lima kali lebih banyak dari yang diizinkan pihak berwenang. Namun, polisi mengatakan penyerbuan mematikan di sebuah festival Yahudi Ortodoks di Israel utara dua tahun lalu, menggarisbawahi risiko kerumunan besar jamaah yang berkumpul di ruang terbatas. Insiden itu telah menewaskan 45 orang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement