REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Bahrain dan Qatar sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik pada Rabu (12/4/2023) malam. Bahrain dan Qatar masing-masing mengeluarkan pernyataan resmi yang mengumumkan keputusan untuk memulihkan hubungan setelah pertemuan antara delegasi mereka di markas besar Dewan Kerjasama Teluk, di Ibu Kota Saudi, Riyadh.
Bahrain adalah negara terakhir dari empat negara Arab yang memberlakukan boikot terhadap Qatar pada 2017. Mereka marah atas dukungan Qatar terhadap kelompok-kelompok ekstremis yang naik ke tampuk kekuasaan di beberapa negara setelah protes Arab Springs 2011, yang dianggap negara-negara otokratis lainnya sebagai organisasi teroris.
Boikot dicabut pada awal 2021. Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir telah memulihkan hubungan dengan Qatar sejak saat itu. Para pemimpin tertinggi Saudi, UEA, dan Mesir melakukan kunjungan resmi ke Qatar dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, boikot itu berdampak kecil pada ekonomi Qatar. Qatar adalah salah satu negara terkaya di Bumi karena cadangan gas alamnya yang sangat besar. Turki, yang juga bersahabat dengan kelompok Islamis, turun tangan membantu Qatar selama krisis.
Kesepakatan pemulihan hubungan diplomatik antara Qatar dan Bahrain berlangsung di tengah upaya di seluruh kawasan oleh musuh lama untuk memperbaiki hubungan setelah bertahun-tahun perang dan kerusuhan yang dipicu oleh protes tahun 2011. Bulan lalu, Arab Saudi dan saingan regional utamanya, Iran, setuju untuk memulihkan hubungan diplomatik yang telah terputus pada 2016. Pemulihan hubungan ini ditengahi oleh Cina.
Arab Saudi menyambut menteri luar negeri Suriah pada Rabu pagi. Ini merupakan pertanda bahwa Suriah akan kembali ke Liga Arab setelah keanggotannya ditangguhkan selama lebih dari satu dekade, ketika Presiden Suriah Bashar Assad melancarkan tindakan brutal terhadap protes pro-demokrasi.